Selasa, 27 Oktober 2009

catatan hati seorang istri



Jam antik setinggi manusia itu bemyanyi lagi. Meskipun jam itu sudah lebih dari seminggu berdiri di sudut ruang tengah rumahku, masih saja aku terpesona mendengar suaranya. Padahal jam itu bukan benda asing bagiku. Jam itu milik almarhum eyang buyutku yang ia warisi dari orangtuanya. Ketika eyang buyutku mening-gal dunia, jam itu menjadi milik nenekku. Pada generasi berikutnya, kakak ibukulah yang me-milikinya. Dan pada generasiku, jam itu menjadi milik Mbak Dini, kakak sepupuku. Tetapi ketika dia melihat betapa inginnya aku memiliki benda kenangan keluarga kami itu, ia mengalah.
"Kalau kau memang sangat menginginkannya, ambillah. Aku bisa menyuruh orang untuk mem-buat tiruannya yang lebih bagus!" Begitu kata Mbak Dini kepadaku beberapa minggu lalu ketika aku berkunjung ke rumahnya.
Aku mempercayai Mbak Dini bukan hanya karena ketulusan hatinya saja. Tetapi juga karena hal-hal lainnya. Suaminya orang kaya, dan dia
sendiri pun sukses bekerja di suatu perusahaan asing. Mau membeli jam antik yang asli atau membuat tiruannya dengan mempergunakan bahan-bahan berkualitas dan dengan model yang lebih indah sekalipun, tak jadi masalah buatnya.

(JILID 1 PRC)(JILID 2 tamat PRC)(DOWNLOAD PDF)

0 Comments:

Post a Comment



 

blogger templates | Make Money Online