Sabtu, 30 Oktober 2010

pohon keramat jilid 08

Download klik kanan save as

(jilid01)(jilid02)(jilid03)(jilid04)(jilid05)(jilid06)(jilid07)(jilid08)
POHON KRAMAT
KARYA KHU LUNG
JILID 8 by lavender
POHON KRAMAT
KARYA KHU LUNG
JILID 8

TUBUH Sin Hong Hiap melesat dan menubruk orang berbaju hitam itu. julukan Sin Hong Hiap adalah Pendekar Dewa Angin mudah dibayangkan, tentunya mempunyai kecepatan yang luar biasa, gerakan tadi disendat cepat, bagaikan main sulap, ia telah berada ditempat orang baju hitam tadi bicara.

Tetapi bayangan hitam inipun mempunyai kecepatan yang tidak berada dibawah Sin Hong Hiap, tubuhnya melejit, menyingkirkan diri sejauh tiga tombak. Ia berhasil mempertahankan jarak yang terpisah dari Sin Hong Hiap.

Kecepatan yang menakjubkan.

Wajah Sin Hong Hiap berubah, mengingat hal ini, tentu lawan yang dihadapannya berkepandaian tinggi.

"Terimalah seranganku." Berkata Sin Hong Hiap dan menyerang bayangan hitam itu.

Sang bayangan melejit lagi, tetap menjauh dari Sin Hong Hiap, tidak mau menyambuti serangan yang dilontarkan lawan tersebut.

Sin Hong Hiap mengejar.

Orang ini selalu menyingkirkan diri. Dua orang ini saling kejar dan lenyap diluar rimba Penggantung.

Tan Ciu menolehkan kepala, memandang Pengemis tukang ramal amatir itu, dilihat si pengemis menunjukkan wajah tertawa getir, Menelungkup diatas tubuh Chiu It Cong yang sudah mati.

Jelita Merah Ong Leng Leng menangis sesenggukkan.
Kini ia mengangkatkan kepala memandang Tan Ciu.

Sipemuda juga memandangnya, tubuhnya menggigil dingin. Ia menghampiri dan berkata "Nona Ong, maafkan kelancanganku yang telah membunuhnya."

Ong Leng Leng. menggeleng-gelengkan kepala, ia masih sesenggukan. Tan Ciu berkata dengan nada suara rendah, "Tidak seharusnya aku membunuhnya."

"Hal ini tidak perlu diungkit-ungkit lagi." Berkata Ong Leng Leng.

"Bila aku tahu bahwa kau masih menyintainya, tentu tidak terjadi hal ini."

"Sudahlah ..."

"Maafkan diriku,"

"Aku tidak menyalahkan mu. Akulah yang menyuruhmu membunuhnya... Betul aku cinta kepadanya, tetapi hal ini tidak mungkin dapat dipertahankan olehnya!"

Jelita Merah Oag Leng Leng menangis lagi, kini ia membayangkan nasibnya yang sengsara.

Dia masih menderita luka, pukulan Chio It Cong menyebabkan mengeluarkan bunyak darah.
Tan Ciu mengeluarkan obat Seng hiat-hoat-hun-tan, diserahkan kepada Jelita Merah dan berkata.

"Makanlah obat penambah darah ini."

Ong Leng Leng menggeleng-gelengkan kepalanya, ia menolak pemberian itu.

"Terima kasih." Suaranya sangat lemah.

"Kau masih membenci aku ?"

"Tidak. Bukan sedikit budi yang kuterima darimu. Kini Chio It Cong telah mati. aku harus kembali kepada guruku. Mungkin tak dapat menjumpai lagi,"

Dengan susah payah, Jelita Merah meninggalkan rimba Penggantungan.

Tan Ciu memandang punggung gadis sengsara itu, beberapa saat kemudian, ia lari menyusul.

"Nona Ong..." Ia memanggilnya.

Jelita Merah menghentikan langkah yang berat.

"Nona Ong!" berkata Tan Ciu. Kau harus istirahat dahulu."

"Janganlah menghalang-halangi kepergianku." Berkata Ong Leng Leng.

"Nona ong .."

Tiba-tiba Jelita Merah menubruk pemuda itu, ia menangis sedih didalam rangkulannya.
Tan Ciu membiarkan orang menangis bersandar pada dadanya.

Pengemis tukang ramal amatir itu menghela napas perlahan.

Satu bayangan abu-abu melesat cepat, sudah berada disampingnya sisi Tan Ciu. Dia adalah Sin Hong Hiap yang ternyata telah balik kembali.

Tan Ciu kaget, cepat-cepat mendorong pergi tubuh Ong Leng Leng. Ia harus siap menghadapi musuh kuat itu.

Sin Hong Hiap mengayun tangan memukul sipemuda.

"Bocah serahkanlah jiwamu." Bentaknya keras.

Tan Ciu sudah dapat menduga, sebelum serangan Sin Hong Hiap tiba, ia telah lompat terbang, menjauhi serangan. Maka gagallah serangan Sin Hong Hiap, mengenai tempat kosong.

Jelita Merah Ong Leng Leng nyelasupi masuk, ia berteriak.

"Apa-apaan nih?"

Sin Hong Hiap membentak: "Kau juga ingin mati?"

"Akulah yang menyuruhnya membunuh muridmu! Bila tidak, akupun binasa dibawah tangannya."

"Kau bersedia mengganti dengan jiwa juga!"

"Bila kau tidak puas. Bunuhlah aku."

"Baik." Sin Hong Hiap tidak pandang bulu. Siapa pun akan dibunuh olehnya! Termasuk gadis sengsara ini! Tangannya di ayun.

Tan Ciu berteriak.

"Nona Ong, kau mundur." Tangannya direntangkan, menyambut serangan Sin Hong Hiap.

Gerakan ini boleh dikata sangat cepat, tapi gerakan Sin Hong Hiap lebih cepat lagi, terdengar suara yang mengenai sasaran, tubuh Ong Leng Leng terdorong mundur, ia jatuh kena serangan Sin Hong Hiap.

Bila tidak ada Tan Ciu vang mewikili menerima pukulan ini, pasti Jelita Merah Ong leng Leng binasa.

Jatuhnya Ong Leng Leng membikin Tan Ciu naik keatas cepat, ia menggeram.

"Sin Hong Hiap, akan kuhancurkan kepalamu." Tangannya terayun memukul lawan kuat itu. Sungguh luar biasa, serangan sangat daihsyat sekali.

Sin Hong Hiap tak berani menerima tajamnya serangan ini ia menyingkir lebih dahulu. Baru setelah itu, menyerang tubuh lawan. Terdengar satu suara getaran yang keras,


dua orang itu segera terpisah.

Sin Hong Hiap mengeluarkan suara dingin, "Bagus! Kau telah menerima pukulan yang pertama."

Tiba-tiba terdengar satu suara cemoohan orang sangat menghina!

"Bagus! Sin Hong Hiap, kau hanya berani menghina anak saja."

Sin Hong Hiap. membalikkan badan, bayangan hitam itu muncul lagi. Tadi ia tidak berhasil mengejar, maka balik berurusan dengan Tan Ciu. Kini bayangan hitam itu masih berani datang, sungguh menjengkelkan hati.

Si bayangan hitam mengeluarkan suara seram.

"Sin Hong Hiap, kau tahu malu tidak? Bertempur orang pun harus memiliki tandingan yang setimpal."

Sim Hong Hiap membanting kaki.

"Siapalah kau?" Ia menggeram.

"Ehm, kau tak kenal kepadaku?" Bayang hitam itu menggunakan tutup kerudung hitam dengan bajunya yang hitam lebih-lebih menyeramkan.

Sim Hong Hiap mengerutkan kedua alisnya.

"Ketua Benteng Penggantungan?" Ia menduga-duga dan mengemukakan kecurigaannya.

"Kali ini dugaanmu tepat!"

Wajah Sin Hong Hiap berubah.

Orang berbaju dan berkerudung hitam inikah yang pernah menggetarkan rimba persilatan, ketua Benteng Penggantungan yang seram?

Tan Ciu yang mengikuti percakapan itupun terkejut. Orang hitam inikah yang menjadi
'ketua Benteng Penggantungan?' Orang yang mungkin bernama Tan Kiam Lam? Ayah kandungnya sendiri?

Pemuda ini segera maju berteriak. "Kau betul ketua Benteng Penggantungan?"

"Betul!" Berkata laki-laki berkerudung dam berbaju-hitam itu.


"Namamu Tan Kiam Lam?" Bertanya Tan Ciu.

"Betul."

Gejolak hati Tan Ciu hampir tidak terkedalikan.

"Kau tau, kini sedang berhadapan dengan siapa?"

"Tan Ciu."

"Betul. Aku adalah Tan Ciu." Suara sipemuda menjadi gemetar.

Ketua Benteng Penggantungan Tan Kiam Lam sudah berhadapan dengan Sin Hong Hiap lagi, ia berkata.

"Sin Hong Hiap, orang-orang yang sudah digolongkan kedalam jago tua kelas satu tidak seharusnya menghina anak-anak yang masih bukan tandingan kita. Lebih baik kita sajalah yang menentukan kekuatan, memilih dan menentukan waktu, menentukan kemenangan."

"Baik. Bagaimana bila kita mengadu kekuatan sekarang?" Berkata Sin Hong Hiap menantang-

"Kini kau mempunyai banyak waktu terluang untuk melayani diriku." Berkata ketua Benteng Penggantungan.

"Mengapa tidak?"

"Apa tujuan utamamu ketempat ini?"

"Pohon Penggantungan."

"Kau sudah berhasil melihat itu Manusia pohon Penggantungan?"

Sin Hong Hiap tertegun, ia tidak dapat memberikan jawaban. Sesungguhnya, ia belum berhasil menemukan itu Manusia Pohon Penggantungan.

Ketua Benteng Penggantungan;mengeluarkan suara dingin.

"Tiga hari kemudian, aku orang she Tan menantikan kedatanganmu didepan Benteng penggantungan. Bila aku kalah, segala sesuatu segera kuserahkan kepadamu. Termasuk pemuda she Tan itu juga."

"Baik." Pendekar Dewa Angin Sin Hong Hiap setuju.

"Nah, kunantikan kedatanganmu disana." Berkata ketua Benteng Penggantungan.

Sin Hong Hiap menganggukkan kepala, tubuhnya bergerak dan menantikan Manusia Pohon Penggantungan diarah pohon maut tersebut.

Ketua Benteng Penggantungan berhasil mencegah Sin Hong Hiap Tan Ciu, setelah melibat Sin Hong Hiap pergi, ia pun membalikkan badan, siap memisahkan diri.

Tan Ciu telah bergerak, ia memegat kepergian orang yang diduga keras sebagai ayah itu.

"Tunggu dulu." Ia berteriak keras.

Ketua Benteng Penggantungan menghentikan gerakannya.

"Ada apa?" ia bertanya.

"Hampir saja aku pergi ke Benteng Penggantungan mencarimu." Berkata Tan Ciu.

"Disini pun sama saja."

"Betul. Ada sesuatu yang ingin kutanyakan kepadamu."

"Aku tidak ada waktu." Tubuhnya melesat cepat, melarikan diri.

Dua orang saling kejar sebentar, kini ketua Benteng Penggantungan menghentikan langkahnya. Ia menghadapi Tan Ciu dan berkata.

"Apa yang kau mau?"

Wajah Tan Ciu telah diliputi oleh selaput hawa pembunuhan, ia menggeram.
"Aku ingin membunuhmu."

"mengapa?"

"Kau jahat dan kejam."

"Ha, ha..... Belum lama aku telah menolongmu, tahu? Kau ingin membalas air susu dengan air tuba."

"Hm.. . Kau tahu bagaimana hubungan kita."

"Katakanlah sendiri."

"Aku ingin mendapat jawabanmu."

"Ha, ha...."

"Bukalah kedokmu itu."

"Kau kira....."

"Aku harus membunuhmu."

Kata Tan Ciu disusul dengan serangannya ia memberikan satu sapuan pukulan. Hal ini hebat, ia ingin menyingkap tutup kerudung muka itu dahulu.

Ketua Benteng Penggantungan melesat, maka gagallah serangan yang Tan Ciu lontarkan kepadanya.

Hal ini sudah dapat Tan Ciu duga. tanpa istrirahat lagi, Tan Ciu mengejar dan memberi pukulan tangan yang kedua.

Serangan Tan Ciu dibarengi oleh gerakkan tubuh yang memegat kepergian lawan. Ketua Benteng pengantungan tidak berdaya, terpaksa ia memapaki serangan itu. dengan kedua telapak tangannya.

Terdengar suara beradunya dua tenaga pukulan, debu berdebur keras, mengulak naik, masing-masing terpukul mundur dari posisi kedudukan semula. Sehingga berjarak empat belas tombak, dua orang itu baru dapat membuat posisi baru.

Tutup Kerudung orang itu telah terbuka.

Tan Ciu tertegun, ia melengak heran. Wajah itu tidak asing lagi baginya, itulah wajah Kiam Pek.

"Kau ?!" Tan Ciu mengeluarkan suara kaget.

Orang ini bukan ketua Benteng Penggantungan dia adalah Tan Kiam Pek, pantas berusaha menolong dirinya dari gempuran si Pendekar Dewa Angin Sin Hong Hiap.

Lain pikiran menyelusup kedalam benak pikiran Tan Ciu, diketahui bahwa ayah dan pamannya itu dilahirkan pada waktu yang sama, istilah yang harus digunakan untuk menyebut mereka ialah saudara kembar. Tentu mempunyai wajah yang sama. mungkinkah Tan Kiam Lam asli.

Menurut keterangan Tan Kiam Pek, perbedaan yang khas ialah andeng-andeng hitam melekat pada daun kuping kiri Tan Kiam Lam.

Tan Ciu memperhatikan daun kuping kiri orang itu!

"A a a ...!" sipemuda berteriak. "Dia tidak ada tanda-tanda hitam pada daun kupingnya. Dia Tan Kiam Pek."

Tan Ciu sedang berhadapan dengan Tan Kiam Pek? Pamannya sendiri itu?

Atau berhadapan dengan Tan Kiam Lam! Ayah kandungnya yang belum pernah bertemu muka?

Mari kita mencari jawaban ini pada lembaran berikutnya.

Tan Ciu berhadapan dengan seorang yang mempunyai Wajah seperti Tan Kiam Pek wajah ini sangat membingungkan sipemuda.

Dengan siapakah ia berhadapan muka?

Ketua Benteng Penggantungan Tan Kiam Lam? Atau sang paman, Tan Kiam Pek yang pernah dijumpainya.

Dari ciri-ciri yang dilihat, orang ini adalah Tan Kiam Pek.

Orang itu berkata dingin. "Eh, Bagaimana? Kau telah kehilangan pikiran."

Dencan suara gemetar, Tan Ciu mengajukan pertanyaan.

"Kau ketua Benteng Penggantungan yang asli?"

"Menuntut pendapatmu apa tidak mungkin?"

"Aku meminta jawabanmu yang pasti."

"Aku bukan ketua Benteng Penggantungan." Orang itu berkata. "Aku hanya menggunakan nama ini untuk menakut-nakuti Sin Hong Hiap. Aku Tan Kiam Pek." ia mendekati Tan Ciu.

Sipemuda mundur, ia masih menaruh curiga.

Tan Kiam Pek mengerutkan keningnya. "Kau tidak percaya?" Ia bertanya.

"Kau membingungkan orang." Berkata Tan Ciu.

"Aku sengaja tidak membuka kedok, alasan pertama ialah menghindari Sin Hong Hiap, alasan kedua ialah mencoba sampai dimana kemajuan ilmu silatmu. Ternyata kau telah mendapat kemajuan yang sangat pesat."

"Kau sungguh pamanku, Tam Kiam Pek?"

"Ah. hal ini tak perlu kau ragukan lagi."

"Tetapi...."

"Kau kecewa ?"

Tan Ciu memang agak kecewa. Bila orang ini bukan Tan Kiam Lam, tetapi si ketua Benteng Penggantungan Tan Kiam Lam, maka segala rahasia ayahnya itu dapat dibuka segera. Tidak perlu ubek-ubekan mencarinya lagi.

Terdengar Tan Kiam Pek berkata. "Kau juga mendapat kabar bahwa Tan Kiam Lam akan tiba dipohon Penggantungan?"

Tan Ciu menganggukkan kepala.

Terdengar lagi suara Tan Kiam Pek. "Bagaimana kau mengikat tali permusuhan dengan Sin Hong Hiap."

Tan Ciu bercerita bagaimana ia menemui Chio It Cong, dengan kesudahan matinya pemuda baju yang berkepala batu itu.

Tan Kiam Pek mengemukakan pendapatnya dan berkata.

"Chio It Cong memang takut mati. Hanya adatnya Sin Hong Hiap itu agak luar biasa ia membela golongannya. tanpa melihat suasana tanpa menimbang untung ruginya. Kukira ia tak mau menyelesaikan urusannya begitu saja."

"Aku tidak takut," Tan Ciu membawakan sikapnya yang berdarah panas,

Maka, mereka segera kambali lagi. Disana Jelita Merah Ong Leng Leng masih menggeletak pingsan, ia terkena pukulan Chio It Cong terlebih dahulu, dan terakhir dipukul jatuh oleh Sin Hong Hiap.

Tan Kiam Pek memandang gadis baju merah itu dan berkata kepada Tan Ciu.

"Kau menolong dirinya. Aku ingin menyusul Sin Hong Hiap."

Tan Ciu menerima Usul ini.

"Baik." Dan ia menghampiri Ong Leng Leng,

Tubuh Tan Kiam Pek melesat dan sebentar saja sudah lenyap tidak tampak.

Tan Ciu menghampiri Ong Leng Leng dan menjejal obat Seng niat-hoan hun-tan kemulut orang, kemudian menotok beberapa jalan darahnya, mempercepat peredaran darah.

Tidak lama kemudian, Ong Leng Leng sadarkan diri lagi. Gadis baju merah itu bangkit berdiri, ia mengucapkan terima kasih.

"Tan siauwhiap, aku berterima kasih kepadamu."

"Akupun pernah menerima budimu," Berkata Tan Ciu.

"Aku harus segera pergi." Berkata Ong Leng Leng. "Budimu tak nanti kulupakan. Agaknya sulit membalas budi ini."

"Jangan kau berkata seperti itu."

"Selamat tinggal." Ong Leng Leng melambaikan tangan dan pergi meninggalkan sipemuda.

Tan Ciu bengong memandang punggung belakang orang, seolah-olah dia telah kehilangan sesuatu. Beberapa lama Tan Ciu melamun, sampai pada satu waktu ia dikejutkan datangnya seseorang yang datang dengan tidak disertai suara sama sekali.

Cepat ia membalikan kepala, menotok kearah datangnya bayangan itu, tiba-tiba ia berteriak.

"A a a a a ...!!"

Seorang gadis berbaju hitam telah berdiri disana, diam, kaku dan tidak bergerak.

Tan Ciu mengucek-ucek kedua matanya tatkala dibuka lagi, betul-betul ia melihat bayangan gadis berbaju hitam itu.

Lama sekali mereka saling pandang.

Terdengar suara Tan Ciu yang bergumam. "Mengimpikan aku ...Mengimpikan aku?"

Akhirnya Tan Ciu berteriak keras. "Cicie ...!!"

Gadis baju hitam itu adalah Tan Sang, kakak perempuan Tan Ciu yang dahulu telah digantung diatas Pohon Penggantungan!

Mungkin orang yang sudah dapat hidup kembali. Mungkinkah ada bantu gelandangan yang mati penasaran?

Mungkin ada arwah seseorang yang dapat menampilkan dirinya lagi?

Apa yang Tan Ciu lihat, memang tidak salah. Gadis baju hitam itu adalah kakaknya yang bernama Tang Sang.

"Cicie...." Sekali lagi Tan Ciu memanggil Tan Sang dengan suara gemetar.

Gadis itu tidak memberikan jawaban.

"Kau... Kau adalah cicieku?" Tan Ciu bertanya.

Kini, baru gadis tersebut memanggutkan kepalanya.
"Cicie ... "

"Tan Ciu ..."

"Aaaa....!" Tan Ciu menubruk gadis berbaju hitam itu, dan menangis didalam rangkulannya.
Seolah-olah sedang mengimpi, Tan Ciu tak tahu, apa yang harus diperbuat olehnya.

Tan Ciu berteriak dan menubruk gadis tersebut ia mengeluarkan air mata gembira. Membiarkan dirinya berada dalam rangkulannya.

Tatkala Tan Ciu melampiaskan rasa rindunya kepada sang kakak dan menyenderkan diri didalam pelukan orang, gadis itu menggerakkan jarinya cepat, tiba-tiba menotok jalan darah sipemuda.

Didalam tidak ada penjagaan sama sekali, Tan Ciu tertotok jatuh, ia mendapat totokan tidur. Sebelum ingatan hilang sama sekali, mulutnya berteriak keras.

"Cicie, kau...!!"

Tetapi suara itu tidak keburu dikeluarkan, si pemuda sudah menggeliat didalam rangkulan gadis itu.

Disaat ini satu bayangan bergerak datang tanpa suara sama sekali.

Gadis berbaju hitam telah menggendong tubuh Tan Ciu yang ditotok olehnya, maka si pemuda tak tahu, apa yang bakal terjadi,

Orang yang datang, adalah seorang gadis yang berkerudung.

Gadis yang menggendong Tan Ciu setelah melihat kedatangan wanita berkerudung itu dan memanggilnya perlahan.

"Ibu ...."

Wanita berkerudung itu mengeluarkan elahan napas panjang...

"Bawalah." Ia memberi perintah.

"Tidak memberi tahu kepadanya?" Sigadis mengajukan pertanyaannya!

"Tidak."

"Hal ini akan membuatnya sangat rindu."

"Apa boleh buat. Belum waktunya." Berkata wanita berkerudung itu.

"Anakmu kira, lebih baik memberi tahu atas penjelasan yang tepat."

"Hal ini akan lebih mengganggu dirinya."

"Ibu....."

"Jangan banyak bicara. Bawalah!"

"Baik."

Mereka membawa Tan Ciu dan melenyapkan diri.

Berapa lama kemudian .... Tan Ciu sudah mulai siuman. Tan Ciu mendapatkan dirinya terbaring ditabnah. Terlihat ia duduk dan menggeleng-gelengkan kepala, betulkah hal itu telah terjadi? Hal ini membingungkan dirinya. Maka ia tidak percaya.

Si pemuda membayangkan dan menggenang kejadian-kejadian yang belum lama terjadi. Hal ini sungguh-sungguh telah dialami oleh dirinya.

Bagaikan mimpi, bagaikan hidup didalam cerita seriba satu malam, ia merasakan keanehan dan keajaiban yang sangat luar biasa.

Tan Sang setelah mati diatas Pohon Penggantungan. Bagaimana ia dapat hidup lagi?

Samar-samar masih teringat bagaimana kakak itu menotok dirinya, kemudian jatuh tidurlah jago muda kita dan tidak sadarkan diri.

Betulkah Tan Sang yang melakukan hal itu?

Sungguh. Dia memang Tan Sang. Tidak salah lagi. Hal ini dapat dipastikan akan kebenarannya.

Tan Ciu bangun berdiri. Ia membuka matanya.

Dihadapannya terpeta satu gambaran gadis cantik, wajahnya bulat telur, pakaiannya putih bersih. Semakin lama semakin jelas, gambar itu terpeta hidup.

Seorang gadis berbaju putih tertawa dan memandang Tan Ciu yang masih bingung itu.

Samar-samar, Tan Ciu seperti kenal dengan wajah ini.

Maka gadis baju putih itu membuka suara. "Kau telah bangun?"

Tan Ciu tertegun. Memandang kearah kelilingnya, ia sudah berada ditempat lain.

"Bagaimana aku dapat berada ditempat ini?" Ia mengajukan pertanyaan.

"Aku yang membawa kesini." Berkata gadis berbaju putih itu.

"Kau?"

"Betul. Kulihat kau terbaring tidur dengan tenang sekali. Kukira Kau menderita luka. Maka kugendong dan bawa ketempat ini. Disini kuperiksa, dan baru kuketahui bahwa kau telah mendapat totokan tidur."

"Aaaaaaaa......"

Gadis baju putih itu tertawa. "Mengapa?"

"Tidak." Jawab Tan Ciu singkat.

"Kau yang bernama Tan Ciu?" Bertanya gadis itu.

"Bagaimana kau tahu?"

"Pada satu tahun yang lalu, kita pernah bertemu, bukan?"

"Aaaaa....."

Tan Ciu teringat. Pada satu tahun yang lalu, dikala ia hampir menderita penyakit gila, diusir oleh gurunya, gadis baju putih inilah yang menolongnya dan mempertemukan dengan si Putri Angin Tornado, Tidak disangka, disini, ia berjumpa lagi.

Gadis itu tertawa.

"Sudah teringat,?" Ia berjalan mendekati,

"Aaaaa...." Tan Ciu berteriak girang, "Betul. Aku teringat! Eeh, bilakah hari..."

"Lihatlah, hari telah siang bolong!"

"Apa? Sudah menjadi siang?" Tan Ciu berteriak.

"Betul!" Gadis itu menganggukkan kepala. "Sudah siang."

Tan Ciu mematung ditempatnya.

Tiba-tiba bagaikan diserang penyakit gila, pemuda itu melesat terbang, gerakannya cepat sekali.

Gadis itu terkejut, ia berteriak. "Tan siauwhiap!"

Tan Ciu tidak menghiraukan panggilan itu ia lari dan lari, menuju kearah Pohon Penggantungan.

Sebentar kemudian, Tan Ciu telah berada dibawah Pohon Penggantungan. Jelas.,.. Lagi-lagi ada seorang yang menjadi korban keganasan pohon gundul itu. Disana, diatas Pohon Penggantungan, bergelantung tubuh seorang kakek yang mati digantung orang, tahun ini terjadi pengecualian, yang mati di atas Pohon Penggantungan bukan seorang gadis lagi, tetapi seorang laki-laki tua.

Tahun ini tidak terkecuali. Dia tas pohon Penggantungan tergantung korban tahanan.

Hanya ada sedikit perbedaan dengan tahun-tahun yang telah lalu, bila pada tahun-tahun dahulu, yang menjadi korban ialah para gadis cantik berkepandaian silat, hari ini, yang menjadi Korban Pohon Penggantungan adalah seorang lelaki tua, umurnya diduga diantara lima puluhan,

Kecuali korban itu, disekitar Pohon Penggantungan sangat sunyi dan sepi. Tidak ada orang sama sekali.

Tan Ciu merasa heran, kemanakah si pengemis tua tukang ramal amatir? Kemana perginya si Dewa Angin Sin Hong Hiap, ketua Benteng Penggantungan, Tan Kiam Pek dan tokoh-tokoh lainnya yang menjaga pohon maut ini?

Kemanakah perginya orang-orang itu? Sandiwara hebat telah dilewatkan olehnya. Yang jelas, ada sesuatu tenaga kekuatan yang tak menginginkan dirinya menyaksikan kejadian-kejadian diatas Pohon Penggantungan.

Dari manakah datangnya kekuatan ini? Dengan satu tipu, kekuatan itu telah menidurkan dirinya. Maka dikala ia kembali, drama Pohon Penggantungan telah dilewatkan.

Semua orang telah meninggalkan tempat itu.

Hanya mayat diatas Pohon Penggantungan yang masih bergoyang-goyang.

Tan Ciu mengeretek gigi, ia benci kepada gadis yang menyamar menjadi Tan Sang itu. kalau bukan gadis tersebut yang menotok jalan darah tidurnya, ia dapat menyaksikan kejadian-kejadian disana.

Siapakah gadis berbaju hitam itu? Mungkinkah ada orang yang mempunyai wajah mirip seperti Tan Sang.

Dia pasti Tan Sang.

Tidak mungkin, Tan Sang telah mati diatas pohon penggantungan. Mana mungkin dapat hidup kembali?

Kejadian yang sudah lewat tidak mungkin ditarik kembali. Yang penting ia harus segera mencari tahu, apa yang telah terjadi disekitar Pohon Penggantungan, manakala tidak ingat diri tadi!

Disini ada menunggu dan hadir pengemis tua aneh dan Tan Kiam Pek misterius, bila berhasil menemukan satu dari dua orang itu tentu ia dapat tahu, apa yang telah terjadi.

Tan Ciu harus segera mencari jejak dua orang tersebut.

Kepala si pemuda berdongak lagi, memandang mayat yang bergoyang diatas Pohon Penggantungan.

Heran. Dengan adanya jago-jago seperti Sin Hong Hiap, Ketua Benteng Penggantungan dan lain-lainnya, bagaimana si Pencipta Pohon Penggantungan dapat melakukan sesuatu dengan bebas, menggantung orang diatas Pohon besinya.

Terdengar suara langkah kaki yang datang dari arah belakang sipemuda.

Tan Ciu menoleh cepat.

Gadis baju putih ini yang menyusul datang. Siapakah gadis ini?

Mengapa mengikuti dirinya?

Terlihat sigadis tertawa, sikapnya memang ramah tamah, dia adalah seorang gadis baik hati, terbukti dari perbuatannya pada satu tahun yang lalu, dia pernah menolong Tan Ciu, dikala pemuda itu hampir menjadi gila, karena tekanan batin yang tidak terhingga.

"Tan siauwhiap, kau menunggu seseorang disini?" Gadis tersebut mengajukan pertanyaan,

Tan Ciu menggeleng-gelengkan kepala.

"Tidak." Ia memberikan jawaban.

"Agaknya ada sesuatu yang kau pikirkan."

"Nona...." Berkata Tan Ciu. Bolehkah aku mengajukan pertanyaan?"

"Silahkan!"

"Berapa lama kau berada ditempat ini?"

"Dikala hari menjelang pagi."

"Adakah sesuatu yang kau lihat?"

"Hanya sekelumit dari rentetan cerita yang ingin kau ketahui."

"Aaa....." Tan Ciu menjadi girang,

Mengapa Tan Ciu bergirang? ...

Siapakah gadis baju putih itu?

Mari kita mencari jawaban ini pada cerita yang berikutnya.

o.O.o

DIBAWAH Pohon Penggantungan ada 2 orang, mereka adalah Tan Ciu dan seorang gadis berbaju putih.

Diatas Pohon Penggantungan ada seorang kakek yang mati digantung, dia adalah korban keganasan Pohon Penggantungan.

Terdengar Tan Ciu berseru girang,

"Katakanlah, lekaslah katakan kepadaku,"

"Apa yang harus dikatakan kepadamu ?" Bertanya sigadis berbaju putih itu.

"Katakanlah apa yang kau saksikan ditempat ini pada hari menjelang hampir pagi."

"Tentang pihak yang mana?"

"Aaaa.,." Dugaan Tan Ciu tidak salah, gadis ini telah menyaksikan apa yang tidak diketahui olehnya.

"Kau telah melihat sipencipta Pohon Pengantungan?"

Gadis itu menganggukan kepalanya pelahan.

Hati Tan Ciu berdebar keras.

"Bagaimanakah bentuknya tokoh maut itu?" ia bertanya cepat.

"Dia adalah seorang wanita berkerudung."

"Wanita berkerudung?" Tan Ciu mengerutkan alisnya. "Pencipta maut Pohon Penggantungan adalah seorang wanita?".

"Betul"

"Hanya seorang?"

"Tiga, Mereka terdiri dari tiga orang!"

"Bagaimanakah bentuk dua orang kawannya itu?"

"Mereka ialah gadis berpakaian warna hitam."

"Aaaa ... Gadis berpakaian hitam?!!"

"Betul. Seorang diantaranya adalah kakakmu yang bernama Tan Sang itu."

"aaaa ... kakakku ?"

"Betul."

"Ehh, bagaimana kau tahu?"

"Mereka memanggilnya dengan sebutan seperti itu."

Tan Ciu menjublek ditempatnya. Lama sekali ia mematung diam. Kejadian dan perkembangan yang seperti ini berada diluar dugaan sama sekali.

Gadis baju hitam yang menotok jalan darah tidurnya itu adalah Tan Sang? Haruskah ia percaya kepada keterangan orang?

Tan Ciu berkata. "Kau tidak berniat menggoda orang, bukan?"

Gadis itu menggoyang-goyangkan kepala.

"Aku tidak ada niatan untuk menggodamu." katanya, "Tan Sang memanggil-manggil namamu dengan sedih."

"Kemudian?"

"Dengan cara yang sangat luar biasa. Mereka menggantungkan orang diatas Pohon Penggantungan."

"Tan Sang juga ikut komplotan Pohon Penggantungan?!"

"Betul. Kecuali komplotan Pohon Penggantungan. Yang datang terdapat juga orang yang mereka sebut sebagai si Dewa Angin Sin Hong Hiap dan ketua Benteng Penggantungan."

"Ketua Benteng Penggantungan tidak berhasil menemukan ketua Benteng Penggantungan?"

"Tidak."

"Ketua pohon Penggantungan itu lihai sekali"

"Betul. Dia dan dua gadis baju hitam mengenakan kerudung muka, maka tidak terlihat jelas bagaimana wajah ketiga orang itu. Yang jelas satu diantara dua gadis baju hitam yang menjadi pengiring ketua pohon Penggantungan ialah kakakmu yang bernama Tan Sang itu."

"Bagaimana tiga orang ini dapat menghindari Sin Hong Hiap dan menggantungkan orang diatas Pohon Penggantungan?"

"Pertama-tama seorang gadis baju hitam dengan kerudung muka tampil dibawah Pohon Penggantungan, Sin Hong Hiap segera menduga kepada pencipta Pohon Penggantungan maka ia mengejar. Gadis itu lari, maka Sin Hong Hiap terpancing pergi. Kemudian muncul kakakmu, dengan cara yang sama, ia juga berhasil memancing pergi ketua Benteng Penggantungan, baru muncul pemimpin mereka, dengan malah, Ketua Pohon Penggantungan menggantungkan orang diatas pohon gundul."

"Sin Hong Hiap dan ketua Benteng Penggantungan tidak balik kembali?"

"Balik..Tetapi segala sesuatu telah kelar. wanita berkerudung dan dua orangnya telah tiada disitu. Yang ada hanyalah korban mereka diatas pohon."

"Sungguh pintar."

"Betul. Mereka mempunyai rencana yang masak. Perhitungannya tepat."

"Sayang sekali....."

"Kejadian ini ada hubungan dengan dirimu." Gadis itu mengajukan pertanyaan.

"Betul!" Berkata Tan Ciu. "Orang mengatakan bahwa ketua Pohon Penggantungan itu adalah jelmaan ibuku."

"Tentang kakakmu Tan Sang!"

"Aku telah melihat bagaimana ia digantung orang diatas Pohon Penggantungan, tetapi mayatnya hilang lagi, entah kemana. Aku harus membikin terang kejadian ini."

"Oooo... Maukah kau bekerja sama denganku?." Gadis itu mengajukan usul.

"Bekerja sama? Bagaimanakah cara bekerja sama itu?" Tan Ciu belum mengerti akan maksud tujuan orang.

"Aku akan membantu kau membikin terang rahasia Pohon Penggantungan." Berkata si gadis, "Dan kau membantu aku mencari seseorang."

"Siapakah orang yang kau cari?"

"Sibungkuk Kui Tho Cu."

"Siapakah si Bungkuk Kui Tho Cu ini? Dimanakah ia berada."

Gadis itu tertawa.

"Lucu." katanya. "Bila aku tahu dimana ia berada, mungkinkah aku meminta bantuanmu untuk mencarinya."

"Ng.... Yang kumaksudkan ialah dimana dari lenyapnya orang yang dapat kau cari itu?"

"Hanya seorang dapat mengetahui, dimana si Bangkok Kui Tho Cu berada." Berkata gadis itu. "Bila kau dapat bertemu dengan orang itu mana mungkin berhasil menemukan Kui Tho Cu."

"Siapakah orang ini?" Bertanya Tan Ciu.

"Tan Kiam Lam."

"Hah?" Tau Ciu tersentak. Lagi lagi Tan Kiam Lam!

"Mengapa?" Gadis itu tidak mengerti. Juga tak tahu bahwa ia sedang berhadapan dengan putra dari orang yang baru saja disebut olehnya.

"Akupun sedang mencari Tan Kiam Lam," berkata Tan Ciu!

"Ng. Bila bertemu dengannya kau boleh sekalian bertanya, dimanakah si Bungkuk Kui Tho Cu berada, dan beritahulah kepadaku," berkata gadis itu. "Dimanakah Tan Kiam Lam itu?"

"Ketua Benteng Penggantungan itulah yang bernama Tan Kiam Lam." Berkata Tan Ciu.

"Hei... sungguh?"

Sigadis pernah melihat ketua Benteng Penggantungan yang mengenakan tutup kerudung muka, hanya ia tidak tahu bahwa orang itulah yang bernama Tan Kiam Lam.

"Mengapa harus berbohong kepadamu" Berkata Tan Ciu. "Hanya aku belum mengetahui pasti akan dugaan ini."

"Sayang." Berkata si gadis. "Bila kutahu kejadian ini. tentu kutahan orang tadi dan menanyakan kepadanya, dimana Kui Tho Cu berada."

Gadis itu tertawa manis, senyumnya memang murah sekali.

Kebetulan Tan Ciu sedang memandang orang, hatinya berdebar keras, suatu tantangan bagi seorang pemuda yang masih berdarah panas.

"Hei." Berkata gadis itu. "Mengapa kau tidak ingin mengetahui namaku?"

"Katakanlah, siapa namamu?"

"Aku bernama Cang Ceng Ceng."

"Ohw, nona Cang. Sungguh beruntung dapat berkenalan denganmu."

"Panggil saja aku dengan sebutan Ceng-Ceng."

Tan Ciu menganggukkan kepala. Gadis ini terlalu menarik bati, baik dan mempunyai perangai yang halus.

"Mari kita meninggalkan tempat ini." Berkata Cang Ceng Ceng.

"Baik."

Mereka meninggalkan rimba penggantungan.

Drama Pohon Penggantungan telah terjadi. Hal ini tidak dapat ditolak lagi.

Tan Ciu menyesal karena tidak dapat mengikuti kejadian-kejadian itu. Kini ia bekerja sama dengan seorang gadis yang cantik menarik, bagaimanakah hasil dari kerja sama ini?
Bagaimana pula perjalanan mereka ke Benteng Penggantungan?

Betulkah bahwa Ketua Benteng Penggantungan bernama Tan Kiam Lam?

Betulkah bahwa orang yang bernama Tan Kiam Lam itu sebagai ayahnya?

Bagaimana ia harus menghadapinya?

Bagaimana sikap sang ayah kepada dirinya?

Pertanyaan-pertanyaan ini memusingkan kepala si jago muda.

Benteng penggantungan terletak didalam lembah Siang-kiat. Suatu lembah yang sangat sepi dan sunyi, lembah yang mempunyai kedudukan bagus, sangat strategis.

Ini waktu, dijalan yang menuju kearah lembah Siang-kiat terlihat sepasang muda mudi, mereka adalah Tan Ciu dan gadis yang bernama Cang Ceng Ceng itu.

Pada mulut lembah yang pertama, mereka tidak menemukan gangguan.

Dikala memasuki mulut lembah yang ke-dua, keadaan berubah. Jalan menjadi sangat gelap dan sempit, hal ini tidak menguntungkan mereka. Bila orang yang berjalan ditempat ini mendapat serangan mendadak, tentu sulit untuk mempertahankan keselamatan jiwanya.

Cang Ceng Ceng mengerutkan kening. Ia menghentikan langkah kaki.

Tan Ciu menjadi bimbang. Setelah melewati jalan sempit ini, mereka segera tiba di Benteng Penggantungan. Tempat yang sangat berbahaya sekali. Apa akibatnya bila ia gagal masuk kedalam benteng itu.

"Nona Cang, aku ingin mengemukakan sesuatu kepadamu." Berkata Tan Ciu.

"Katakanlah." Berkata sigadis itu.

"Lebih baik kita berpisah."

"Maksudmu?"

"Kau tunggu disini. Dan biarkan aku masuk ke dalam, Hal ini untuk menjaga agar jangan sampai kita berdua mengalami sesuatu apa pada saat yang sama."

"Mengapa tidak membiarkan aku yang masuk kedalam benteng."

"Hal ini sangat berbahaya sekali."

"Kau ingin masuk kesana. Bukankah sangat berbahaya juga."

"Diantara kita berdua, harus satu yang masuk kedalam Benteng Penggantungan menemui Tan Kiam Lam."

"Aku tidak setuju. Mengapa tidak masuk bersama-sama saja?"

"Aku tidak mengharapkan ada sesuatu yang mengganggumu." Berkata Tan Ciu.

"Aku berani menerjang rimba persilatan, tentu tak takut mati." Berkata Cang Ceng Ceng. "Dimisalkan terjadi sesuatu apa, aku tidak akan menuntut ganti rugi kepadamu."

"Baiklah," Tan Ciu mengalah.

Mereka telah mendapat persepakatan untuk masuk kedalam jalan sempit yang gelap itu, maka dua-duanya melangkahkan kaki mereka.

Tiba-tiba ...

Tiga bayangan bergerak cepat, disana telah bertambah tiga orang, dua wanita dan seorang pria, semua mengenakan pakaian warna hitam.

Yang berjalan dipaling depan adalah wanita berbaju hitam, dia adalah kepala dari tiga orang tadi, memandang Tan Ciu dan Cang Ceng Ceng, ia membentak.

"Apa maksud kalian berdua menuju ke Benteng Penggantungan?"

"Menemui seseorang." Berkata Tan Ciu.

"Siapa orang yang ingin kalian temui?"

"Ketua Benteng Penggantungan ."

"Dengan maksud tujuan ?"

"Dia tahu."

"Bagaimana sebutan namamu ?"

"Tan Ciu."

"Kau yang bernama Tan Ciu?"

"Betul. Beritahu kepada ketua kalian, bahwa aku Tan Ciu ingin bertemu dengannya."

"Ketua kami tidak bersedia menemuimu." Berkata wanita baju hitam itu.

Wajah Tan Ciu berubah.

"Bagaimana ia tahu kedatanganku?"

"Ketua kami tentu tahu. Beliau pernah memberi pesan bahwa ia tidak bersedia menemui seorang pemuda yang bernama Tan Ciu."

"Bila aku menerjang masuk dan menemuinya dengan paksa?"

"Tidak mungkin." Tiga orang baju hitam berkata. "Tidak mungkin kau berhasil."

"Baik. Buktikanlah, berhasil atau tidak, aku masuk kedalam Benteng Penggantungan dengan paksa." Berkata Tan Ciu yang sudah siap bergebrak, mengadu kekuatan.

Tiga orang baju hitam mengeluarkan pedang.

Tan Ciu sudah siap menerjang.

Tetapi Cang Ceng Ceng menarik tangan sang kawan, dengan, halus ia berkata. "Jangan terlalu cepat marah."

Tan Ciu mengibaskan pegangan tangan itu ia pun telah mengeluarkan senjata, sudah menjadi pantangan besar di dalam rimba persilatan bila mengeluarkan senjata tanpa peperangan.
Ditunjuknya wanita baju hitam yang menjadi kepala dari tiga orang tadi, dan membentak.
"Apa jabatanmu didalam Benteng Penggantungan?"

"Hiangcu penjaga mulut lembah."

"Bila aku berhasil mengalahkanmu, tentunya dapat bertemu dengan ketua kalian, bukan?" Tan Ciu mengajukan pertanyaan.

"Mungkin kau dapat menemui beliau." Berkata wanita baju hitam itu.

"Nah, terimalah seranganku." Tan Ciu segera mulai dengan serangannya.

Berhasilkah Tan Ciu menerjang masuk?

Bagaimana kesudahan dari perjalanan ke Benteng Penggantungan ini?

Mari kita mencari jawaban pada cerita cerita berikutnya.

oo O oo

MENGETAHUI bahwa Tan Ciu menyerang, tiga orang baju hitam melintangi pedang mereka, dengan kekuatan tenaga tiga orang, mereka menerima serangan sipemuda.

Tragggg.....

Mereka segera terpisah lagi.

"Tan siauwhiap, serahkanlah mereka kepadaku." Ia meminta.

Tan Ciu menggoyangkan kepala.

"Tidak!" Ia tidak setuju "sebelum mendapat izinku jangan kau ikut campur."

Terpaksa Cang Ceng Ceng mundur lagi.

Dua wanita dan seorang laki-laki berbaju hitam itu mengurung Tan Ciu ditengah.

"Kalian tidak mengijinkan kita masuk ke dalam lembah?" Tan Ciu masih menghindari pertempuran.

"Tidak." Jawaban ini sangat pasti.

"Baik, bersiap-siaplah untuk menerima seranganku."

"Silahkan..." Tiga orang baju hitam telah menggabungkan diri menjadi satu.

Tan Ciu membentak keras, pedangnya terayun menyapu tiga lawannya. Inilah serangan maut, hebat luar biasa, si pemuda telah mengerahkan semua kekuatannya, ia harus cepat-cepat menemui ketua Benteng Penggantungan, Maka tidak mengenal rasa kasihan lagi. Wanita baju hitam menutup serangan itu dengan pedangnya. Dua kawan lainnya menyerang dari kanan dan kiri, demikian agar Tan Ciu tidak dapat memusatkan satu tujuan. Sebentar saja mereka telah saling gebrak tiga jurus.

Tan Ciu lebih gesit, lebih cepat dan lebih galak, ia berada diatas angin. Cang Ceng Ceng menunjukkan rasa girangnya, wajahnya menjadi terang. Tiga orang baju hitam menjadi terkejut, sungguh berada diluar dugaan mereka. Seorang pemuda yang baru berumur belasan tahun mempunyai kekuatan seperti ini.

Trangggg.....

Terjadi lagi benturan pedang, lelatu berterbangan keempat penjuru. Tanpa menghentikan gerakan senjata. Tan Ciu menyerang lagi. beruntun sampai dua kali.

Hal ini tidak mungkin diikuti oleh lawan-lawannya, kecepatan sipemuda adalah kecepatan kilat yang lewat, hanya terdengar suara jeritan yang mengerikan, kepala wanita baju hitam itu telah melayang terbang, darah bertaburan ditanah.

Dua orang berbaju hitam lainnya mengundurkan diri, wajah mereka menjadi pucat.

"Tidak mau memberi tahu kedatanganku!" Tan Ciu mengancam.

Dua orang itu gemetaran, tetapi mereka masih ingin mengadu jiwa, disaat yang hampir sama, dua orang itu mengayun pedang mereka tanpa memperdulikan keselamatan diri sendiri.

Tan Ciu menyabetkan pedang. dan menariknya kembali. Terdengar lagi dua kali jeritan ngeri dua orang itupun menjadi korban keganasan pedang si pemuda, Tan Ciu berhasil menyingkirkan tiga pelintang jalan itu, Cang Ceng Ceng maju dan pemberi pujian,

"Ilmu pedangmu cukup lumayan."

Hati Tan Ciu tergetar. Cukup lumayan? Didalam hati ini, bukankah mengatakan bahwa ilmu pedang gadis itu masih berada diatas dirinya? Ia memandang gadis tersebut, Mungkinkah gadis yang lemah ini mempunyai ilmu silat yang hebat?

Mereka meneruskan perjalanan dan masuk ke dalam lembah.

Tiba-tiba.......

Terdengar suara dingin dari celah-celah batu gunung.

"Ilmu pedang yang cukup hebat!"

Tan Ciu dan Cang Ceng Ceng menghentikan langkah mereka memeriksa keadaan disekitarnya tidak terlibat orang yang bicara tadi.

"Mereka bersembunyi dibalik batu." Berkata Cang Ceng Ceng.

"Ng ..."

Terdengar lagi suara orang Benteng Penggantungan itu. "Lebih baik kalian keluar dan segera meninggalkan lembah ini."

Tan Ciu berdengus. "Bila tidak bagaimana?"

"Inilah bagianmu!" Berkata orang itu.

Dari atas mereka, segera turun menggelinding batu-batu.

Cang Ceng Ceng berteriak.

"Serangan datang dari atas!"

Mendahului gerakan sipemuda, ia melompat ke arah batu yang cekung kedalam, tempat itu memang aman.

Tan Ciu jaga mengikuti gerakan gadis itu. Kemudian ia berkata.

"Kau tunggu disini."

"Kau hendak kemana?" Bertanya sigadis.

"Membereskan mereka dahulu."

"Aku turut."

"Hendak mencari mati?." Tan Ciu tidak setuju.

"Bila kau mati, akupun tidak akan hidup sendiri." Berkata Cang Ceng Ceng lemah.

"Sudahlah."

"Sungguh Lebih baik kita menerjang mereka bersama."

Tan Ciu mengeretek gigi. Pemuda ini berkata. "Bila sampai terjadi sesuatu, janganlah menyalahkan diriku."

"Baiklah."

Dua orang bersama-sama menerjang lembah. Dengan menghindari pelurukan batu-batu yang bergelinding jatuh dari atas tebing, mereka masuk semakin dalam.

Tiba-tiba, dua angin pukulan menyerang dua orang itu. Cepat sekali, hebat kekuatan pukulan itu.

Bila Tan Ciu dan Cang Ceng Ceng kalah gesit, pasti mereka menderita luka.

Tan Ciu menyerang dengan tangan kiri, pedang ditangan kanan pun bergerak cepat. Menyusul datangnya arah bayangan jahat itu.

Terdengar satu suara jeritan, seorang baju hitam menggeletak menjadi korban pedang,

Seorang baju hitam lagi gagal menyerang Cang Ceng Ceng, jaraknya dekat dengan si pemuda, maka ia memukul Tan Ciu. Berbareng terjadi hujan senjata rahasia, datangnya dari empat penjuru, mengurung pemuda itu.

Suatu hal yang berada diluar dugaan sipemuda, ia sedang memusatkan semua perhatiannya kepada musuh yang datang, tidak tahu masih ada senjata-senjata rahasia itu. Jiwanya sangat berbahaya.

Disaat ini terdengar suara angin lunak yang memberi pertolongan, angin ini memukul pergi senjata rahasia yang mengancam Tan Ciu.

Berbareng terdengar suara jeritan, orang baju hitam itu telah mati dibawah tangan Tan Ciu.

Senjata-senjata rahasia yang mengancam keselamatan sipemuda juga berjatuhan, ternyata Cang Ceng Ceng yang menolong jiwa sipemuda. Tan Ciu tertegun. Cang Ceng Ceng membentaknya.

"Mengapa berhenti?"

sipemuda tersadar, berdua meneruskan perjalanan. Kini, bukan saja harus berusaha menyingkir dari hujan batu, mereka pun harus siap menghadapi serangan-serangan bokongan.
Datangnya senjata rahasia itu adalah dari celah celah tebing, orang-orang Benteng Penggantungan bersembunyi didalam perut gunung itu. Suatu saat, Tan Ciu lompat naik.
Sebongkah batu besar jatuh menutup kepalanya. Kali ini betul-betul membuat ia tidak berdaya, kecuali batu besar tadi yang mengancam kepala, tidak sedikit batu-batu yang menutup seluruh jalan mundurnya. Tan Ciu bingung..

Disaat ini, leher bajunya terasa dijinjing orang, dikala ia membuka mata, semua itu telah lewat. Hanya gemuruh suara batu yang memekakkan telinga, debu mengepul disekitar tempat itu.

Dikala suasana sudah menjadi jernih. Tan Ciu menengok kebelakang, disana terlihat Cang Ceng Ceng tersenyum memandangnya,

"Kau?!" ia berseru heran. "Kau yang menolong diriku dari bahaya itu?"

Cang Ceng Ceng hanya menganggukkan kepalanya.

Sungguh diluar dugaan, gadis ini ternyata mempunyai ilmu kepandaian yang berada di atas dirinya. Tan Ciu tidak berani memandang rendah lagi. ia terkesima dan menatap wajah yang berupa telur manis itu.

"Hei...Mengapa kau menjadi seperti orang kehilangan ingatan." Inilah suara gadis itu.

Wajah Tan Ciu menjadi merah.

"Ilmu kepandaianmu....."

"Hanya tinggi sedikit diatasmu." Berkata gadis tersebut.

"Terima kasih, Syukur kau berhasil menghindari diri dari hujan batu tadi!" Berkata Tan Ciu! "Bahkan lebih dari itu, kau juga menolong jiwaku dari ancaman bahaya, entah bagaimana harus membalas budimu ini!"

"Siapa yang mengharapkan pembalasan budi?" Gadis itu sangat ramah sekali. "Aku sudah puas bila kau berlaku baik, tidak membenci diriku!"

"Siapa yang membenci?" Tan Ciu heran.

"Syukurlah."

Disaat ini. terdengar suara dingin berkata. "Bagus, kalian yang sudah berada diambang pintu kematian masih ada itu kesenangan untuk main cumbu-cumbuan."

Seorang bermata tunggal telah melayang datang, dibelakangnya turut empat orang baju hitam. Mereka menghadang didepan Tan Ciu dan Cang Ceng Ceng.

Dari sinar mata lawan yang sangat bercahaya, Tan Ciu tahu, bahwa ia sedang menghadapi seorang tokoh silat yang berkepandaian tinggi. Maka siap sedia dengan tangkasnya, ia harus berhati hati untuk menghadapi lima orang ini.

Orang berbaju hitam dengan mata tunggal itu berkata dingin.

"Hmm kepandaian kalian memang hebat,"

"Terima kasih kepada pujianmu." Berkata Tan Ciu.

"Didalam sejarah Benteng Penggantungan kalian berdualah yang baru berhasil menerjang penjagaan-penjagaan ini."

"Hanya lembah yang seperti ini tidak ada kegunaan!"

"Hm ...."

"Tolong beri tahu kepada ketua kalian, bahwa aku Tan Ciu telah berkunjung datang"

"Jangan terburu-buru."

"Mengapa?"

"Disini ada aku, kau harus mengalahkan aku dulu." Berkata kakek picak itu.

"Hm .. Apa kedudukanmu didalam Benteng penggantungan?"

"Kau tidak perlu tahu."

"Namamu?" Tan Ciu menatap orang berkata satu. "Tentu mempunyai nama, bukan?"

"Tok Gan Liong"

"Bagus." Tan Ciu mengeluarkan pedang. Ia siap menghadapi sikakek picak, Tok Gan liong.

Tok Gan Liong bersenjatakan tongkat besi, ujungnya berbentuk kaitan, khusus melawan senjata yang berupa pedang.

Maka ....

Terdengar bentakan Tok Gan Liong, bagaikan guntur yang memecah angkasa. membelah datang.

Tan Ciu telah memapaki dengan satu lemparan pedang.

Trangg.....

Dua bayangan terpisah kembali, masing-masing mundur kebelakang lima tapak. Dilihat sepintas lalu, kekuatan mereka seimbang. namun kejadian yang sesungguhnya tidaklah demikian, Tok Gan Liong seharusnya sudah mengaku kalah, dengan senjata tongkat yang lebih berat, terjadinya akhir seperti itu menandakan kekuatannya yang berada di bawah Tan Ciu.

BERSAMBUNG JILID 9







 

Pohon keramat jilid 06

Download klik kanan save as

(jilid01)(jilid02)(jilid03)(jilid04/A>)(jilid05)(jilid06)
POHON KRAMAT
KARYA KHU LUNG
JILID 6
by aaa

TAN Ciu menggendong tubuh Sim In masuk kedalam guha itu.
Mulut masuk goha tersebut sangat gelap, tetapi tak lama kemudian terlihat cahaya terang. itulah cahaya cahaya dari sinar mutiara, yang terpancang disekitar dinding guha.
Seorang wanita dengan wajah buruk duduk disebuah kursi beroda, dia adalah guru Tan Ciu dengan julukan seram, Putri Angin Tornado itu.
Tan Ciu meletakkan Sim In, dan memberi hormat kepada gurunya. , "Suhu.."
Putri Angin Tornado memandang orang yang diletakkan ditanah itu.
"Siapakah yang kau bawa masuk kemari?!"
"Orang yang menjadi musuhmu." Tan Ciu memberi jawaban.
"Aaaaa." Putri Angin Tornado segera mengenali lelaki yang pernah dikasihi olehnya, Sim In yang kini telah menduduki ketua perkumpulan Ang mo-kauw.
"Sim In?" Mulut si Putri Angin Tornado bergumam.
Tan Ciu menotok hidup jalan darah kaku orang tawanannya, kemudian membebaskan beberapa totokan lainnya. Sim In mulai menggeliat bangun.
Menunjuk kearah Sim In, Tan Ciu bertanya kepada sang guru.
"Suhu, kau ingin membunuhnya?"
"betul!!" Pada wajah Putri Angin Tornado yang buruk itu terlihat hawa yang menyeramkan.
Ia tertawa kejam.
Sim In segera duduk bangun, dilihat keadaan dirinya telah bukan ditempat markas besar perkumpulannya.
Terdengar suara Putri Angin Tornado yang membentak keras.
"Sim In, masih kenal denganku?"
Sim In memperhatikan orang yang duduk dikursi roda itu, ia sangat terkejut.
"Kau Kim Hong Hong?" Ia hampir berteriak dan menyebut nama kecil Putri Angin Tornado.
Putri Angin Tornado Kim Hong Hong menganggukan kepala.
"Betul." Ia berkata. "Wajahku telah menjadi buruk, kedua kakiku telah tiada. Tetapi hati dan jiwaku tetap Kim Hong.Hong."
Sim In mundur sampai tiga langkah.
Putri Angin Tornado tertawa dingin.
"Sim In." Ia memanggil nama itu. "Kau takut kepadaku?"
Bagaimanakah dua orang yang dahulunya berkasih kasihan ini mengakhiri persengketaan? Mari kita menyaksikan bagian yang selanjutnya.
000O000
TAN CIU menjauhkan diri, ia berdiri di-pojok guha itu.
Kim Hong Hong memancarkan sinar matanya yang sangat tajam. Kini ia sedang berhadapan dengan laki laki yang dahulu pernah dikasihi olehnya.
"Sim In." Ia memanggil lagi. "Kau tidak berani memandang wajahku?"
Biar bagaimana, Sim In adalah ketua satu perkumpulan besar, Ia segera membusungkan-dada, menatap wanita berwajah buruk yang duduk diatas kursi roda itu dan memberikan jawaban yang berani.
"Mengapa harus takut kepadamu?"
"Bagus. Ternyata kau tidak takut." Berkata si Putri Angin Tornado Kim Hong Hong. "Aku tidak mengharapkan kau takut kepadaku. Mari maju kemari, kita berunding dan membicarakan persengketaan lama."
Sim In maju lagi tiga langkah, ia telah mendapatkan dirinya pada kedudukan yang semula.
"Apa yang kita harus bicarakan ?" Ia membuka suara lantang.
"Dimanakah letak kesalahanku?" Berkata Kim Hong Hong. "Mengapa dan sampai hati kau mengambil langkah kejam?"
"Kau sendiri mengerti."
"Aku tidak mengerti."
"Kau ingin aku menceploskan sekali lagi?" Berkata Sim In dingin.
"Katakanlah." Berkata Kim Hong Hong. "Belum pernah aku melakukan sesuatu yang menyinggung perasaanmu."
"Hmm... Kau mengucapkan cinta, cinta itu hanya dimulut... dikatakan cinta ke padaku, mengapa mengadakan hubungan dengan Tan Kiam Lam?"
"Kau jangan memfitnah!"
"Hubunganmu dengan Tan Kiam Lam telah benda diluar batas."
"Kau...kau bohong"
"Aku melihat dengan mata kepala sendiri. Bukan orang yang memberi tahu bal ini kepadaku," berkata Sim In gagah.
Putri Angin Tornado Kim Hong Hong ke-mekmek. Ia mengkerutkan kedua alisnya, hal ini tidak mungkin terjadi.
"Hai, kau menghina diriku"
"Bukan aku yang menghina." Berkata Sim In. "Kau sendirilah yang menghina diri sendiri,"
"Tidak.."
"Dengan alasan apa kau mengadakan perhubungan dengan seorang lelaki?"
"Dengan dirimu?"
"Bukan. Dengan Tan Kiam Lam!"
"Tidak mungkin. Tan Kiam Lam adalah kawan biasa!"
"Tan Kiam Lam tidak mungkin mempunyai seorang kawan." Sim In berteriak. "Dia adalah Iblis yang berbaju manusia ."
Kim Hong Hong terpaku ditempatnya.
Sim In berkata lagi.
"Betul. Aku mengaku telah merusak wajah-mu, mengutungi kedua kakimu. Hal itu dikarenakan aku cinta padamu. Cintaku telah mendalam, tak boleh kemasukan sebutir pasirpun juga. Tapi kau mempermainkan cintaku, kau mendekati Tan Kiam Lam, melakukan perbuatan yang terkutuk, perbuatan yang melalukan itu."
Putri Angin Tornado Kira Hong Hong menggoyangkan kepala.
"Sim In, katakanlah." Ia berkata. "Kau berani mengatakan ucapan seperti ini, bukan karena ojokan orang desas desus koran picisan dan jaga bukan dalih alasan-perbuatanmu yang telah melanggar tata krama ini."
"Tidak ada alasan untuk memfitnahmu!" Berkata Sim In.
"Berani bersumpah?"
"Aku boleh mengangkat sumpah." Berkata ketua Ang mo-kauw tersebut.
"Tidak... Tidak..." Kim Hong Hong mendekap mukanya. "Jelas didalam ingatanku , ... itulah... tubuhmu... Aku melakukan perbuatan itu hanya denganmu. Kau mengerti kesucian diriku... Aku hanya cinta padamu... Aku telah melarikan diri dari pintu perguruan karenamu... Segala telah kuserahkan kepadamu... Aku bukan seorang wanita yang tak tahu malu." Akhirnya Kim Hong Hong menangis sedih,
Tan Ciu tidak mengerti atas sikap gurunya yang seperti itu. Ia menyaksikan dari tempat jauh.
Apakah yang pernah terjadi diantara gurunya, Tan Kiam Lam dan Sim In?
Tan Ciu belum mengerti dan belum dapat menduga sama sekali.
Sim In juga tidak mengerti. Ia ragu ragu, sesuatu yang buruk mengekang otak pikirannya. Disini menyangkut Tan Kiam Lam yang
misterius itu.
Manusia yang seperti apakah Tan Kiam Lam itu.
Lama sekali Kim Hong Hong menangis. Suatu ketika, ia mendongakan kepala dan memandang Sim In.
Sim In juga memandang si Putri Angin Tornado. Dua pasang mata bentrok jadi satu.
"Aaaa." Tiba-tiba Sim In berteriak. "Aku tabu."
"Apa yang kau tahu?" Bertanya Kim Hong Hong.
"Kau telah dihipnotis olehnya."
"Mungkinkah ia..."
"Mungkin sekali."
"Kau. Kau berkata bahwa aku melakukan hal itu dengannya? Kau melihat dengan mata sendiri?" Puteri Angin Tornado Kim Hong Hong seperti telah menemukan sesuatu yang aneh.
"Betul." Berkata Sim In sungguh sungguh, "Telah kulihat jelas, kalian berdua tidur bersama."
"Oh... Tuhan ... " Kim Hong Hong mengeluh. "Tidak mungkin ... Tidak mungkin ..."
Suara itu seolah olah seseorang yang sedang memohon ... meratap.... menantang tetidak adilan dunia ...
Orang yang mendengar pasti bergidik. Termasuk Tan Ciu yang menyembunyikan diri dipojok gelap.
Ketua Ang-mo kauw, Sim In telah mendapat jawaban. Apa yang telah terjadi itu hanya kesalah pahaman. Ia paham, betapa didalam cinta Kim Hong Hong kepada dirinya, tidak mungkin. Puteri Angin Tornado melakukan hal hal tersebut.
Didalam hal ini. hanya ada satu kemungkinan. Kemungkinan itu ialah, Tan Kiam Lam telah menggunakan ilmu Ie-bun tay gat, semacam ilmu sihir di jaman sekarang. Kim Hong Hong tentunya telah dihipnotis, disihir oleh Tan Kiam Lam!.
Setelah sadar akan hal ini, Sim In menyesal telah merusak wajah kekasih itu, mengapa ia berbuat terburu napsu, mengantungi kedua kaki orang? Sedangkan gadis yang di siksa itu adalah gadis yang sangat menyintai dirinya.
Sim In merasa sangat menyesal.
Saking besarnya gejolak hati ysng diderita tiba tiba Sim In menubruk wanita yang berwajah jelek itu, ia merangkul tubuh Kim Hong Hong, dan mengucurkan air mata.
"Hong Hong... Aku telah melakukan sesuatu kesalahan yang terbesar." Ia meratap.
Kim Hong Hong mengayun tangan, tiba-tiba ... plakk. menempiling pipi laki laki itu. Ia tidak dapat menerima cara pengampunan orang seperti ini.
Sim In terjerambab kebelakang.
Terdengar suara Kim Hong Hong yang menggelegar.
"Pergi!. Segera kau enyah dari tempat ini!"
"Hong Hong..." Sim In merayap bangun dan memanggil nama itu. Puteri Angin Tornado membentak. "Aku benci kepadamu."
Sim In menundukkan kepala.
"Aku salah." Ia berkata lemah. Kim Hong Hong melampiaskan kemarahannya, ia berkata lagi.
"Sim In, setelah kau melihat kejadian itu mengapa tidak segera memberi tahu kepadaku? Mengapa menambah penderitaanku dengan merusak wajahku? Mengapa kau mengutungi kedua kakiku? Dengan alasan apa kau melakukan perbuatan perbuatan yang seperti ini?"
"Karena aku sangat cinta kepadamu. Aku... aku sangat benci kepadamu,"
"Kau pergilah. Aku akan menyelidiki kejadian ini. Sebelum aku tahu duduk perkara yang sebenarnya. Aku tidak menarik panjang perkara."
"Hong Hong." Sim In meratap. "Aku bersumpah bahwa aku tidak mengetahui jalan hal itu. Kukira kau berada didalam keadaan sadar, maka aku marah dan telah melakukan sesuatu yang merugikanmu... Sungguh... Ku kira kau telah cinta padanya..."
"Kentut.. Aku cinta kepada dua lelaki? Kau kira aku wanita apa? Kau kira aku tidak tahu malu!"
"Ternyata hal ini terjadi sa1ah paham."
"Aku akan menyelidiki hal ini. Kau boleh pergi." Berkata Putri Angin Tornado Kim Hong Hong.
"Tidak! Aku tidak mau pergi." Berkata Sim In. "Aku akan tetap tinggal disini."
Wajah Kim Hong Hong berubah.
"Kau memaksa aku melakukan pembunuhan?" Ia menatap wajah lelaki itu tajam tajam.
"Baik. Bunuhkah." Sim In memasang badan.
-
Suatu jawaban yang berada diluar dugaan Kim Hong Hong. Ia tidak mengerti, diperhatikannya wajah ketua Ang mo kauw itu, seolah olah ingin menemukan suatu jawaban,
Sim In maju mendekati orang, ia menjerit-jerit kalap.
"Bunuhlah.... Bunuhlah aku,..bunuhlah...." Perlahan lahan, Kim Hong Hong mengangkat tangan. siap membunuh orang yang telah membuat cacat pada dirinya.
Sim In memeramkan kedua matanya, ia siap menerima kematian.
Kim Hong Hoog menurunkan tangannya perlahan, tetapi bukan ditujukan kearah kepala Sim In. Ia membatalkan niatan itu.
Lama sekali ....
Tatkala Sim In membuka kedua matanya, dilihat bagaimana bekas kekasih lama itu termenung dikursi berodanya.
Kim Hong Hong memandang kearah Tan Ciu dan berkata kepada murid itu.
"Tan Ciu, kau berani."
Tan Ciu berjalan, mendekati gurunya itu,
"Bunuhlah orang ini." Putri Angin Tornado memberi perintah.
Tan Ciu terkejut.
"Membunuhnya?" Ia tahu bahwa sang guru cinta kepada laki laki ini, mengapa harus membunuhnya?
"Tan Ciu," Bentak Kim Hong Hong keras.
Tan Ciu memandang guru itu.
"Bunuh." Sekali lagi, Kim Hong Kong memberi perintah.
"Suhu, aku tidak dapat membunuhnya!" Berkata si pemuda.
"Mengapa?"
"Tidak mungkin. Kau tidak akan tega membunuhnya."
"Goblok. Tidak tahukah, berapa banyak deritaku karena perbuatannya?"
"Tetapi suhu tetap mencintainya."
"Tidak!!"
"Suhu, ampunkah kesalahannya. Ia melakukan hal karena terlalu cinta padamu."
Kim Hong Hong menggeleng gelengkan kepala.
Kini Sim In maju angkat bicara.
"Hong Hong, bila kau tak dapat memaafkan kesalahanku. Aku segera bunuh diri sendiri."
Kim Hong Hong melengak. Hal ini semakin berkesan. Haruskah memaafkan dirinya? Laki laki ini yang telah merusak wajahnya, mengutungi kedua kakinya, mungkinkah menyudahi perkara begitu saja?
Tan Ciu memandang dua orang itu bergantian.
Kim Hong Hong menghela napas. "Pergilah, pergilah dari guha ini."
"Hong Hong kau tidak memberi kesempatan sama sekali."
Kim Hong Hong menggeleng gelengkan kepala,
"Baik" Sim In berkata singkat. "Aku segera mati dihadapanmu."
Tubuhnya bergerak, dengan kepala lebih dahulu, ia menubrukkah kepala itu kena batu guha.
Putri Angin Tornado Kim Hong Hong teekejut...
Tan Ciu berteriak.
"Cianpwee..."
Tubuh Sim In telah melesat kearah dinding batu goha Kim Hong Hong dengan cepat.
Tanpa banyak pikir. Tan Ciu mengulurkan tangannya, menarik kaki orang yang masih keburu dipegang.
Namun, hal inipun tidak dapat membawa banyak hasil. Kepala Sim In telah megenai batu guha lebih dahulu.
Tan Ciu lebih menyesal lagi. Mengapa ia tidak dapat mencegah drama itu?
Tubuh Sim In telah diletakkan ditanah
dengan kepala bercucuran darah. Bila tidak ada tarikan tangan Tan Ciu tadi, pasti kepalanya telah hancur pecah.
Betul betul Sim In mencari mati untuk menebus dosanya.
Tiba tiba Kim Hong Hong berteriak.
"Sim In...."
Tubuh wanita yang sudah tidak berkaki itu melesat kearah Sim In, dipeluknya kencang dan erat erat. Menangis menggerung gerung. Ia sangat sedih sekali.
Tan Ciu turut mengucurkan air mata, entah air mata kesedihan atau mata gembira, mengetahui bahwa sang guru telah memberikan pengampunannya.
Untuk pertama kalinya, Tan Ciu menyaksikan sepasang kekasih yang seperti ini.
Mereka terpisah karena Tan Kiam Lam. Manusia bagaimanakah Tan Kiam Lam ini? Tekad Tan Ciu untuk menemuinya semakin besar.
Betulkah cerita burung, bahwa Tan Kiam Lam itu sebagai ayahnya.
Bila hal ini benar, apa yang harus dilakukan olehnya?
Disana, Kim Hong Hong masih memanggil-manggil.
"Sim In.... Sim In ... Sim In ..."
Sim In membuka kedua matanya yang sudah menjadi berat, sebagian darah membasahi mata itu.
"Sim In..." Putri Angin Tornado Kim Hong Hong memanggil lagi.
"Hong Hong, biarkanlah aku mati." Berkata Sim In lemah.
"Tidak. Jangan... Kau tidak boleh mati."
"Tidak seharusnya aku melakukan perbuatan itu kepadamu.... Aku... Aku ... telah melakukan kesalahan yang terbesar."
Sim In mengucurkan air mata.
Kim Hong Hong memanggil.
"Sim In."
Sim In sudah tidak bertenaga,
"Kau! Kau tidak salah." Ia Berkata. "Setelah aku tiada... kuharap... kau dapat mengampuni kesalahanku. Aku tahu, biar bagaimana kau tetap menaruh dendam kepada perbuatanku dahulu."
Kim Hong Hong mengucurkan air mata semakin deras.
Dari dalam saku bajunya. Sim In mengeluarkan ukiran batu yang berbentuk singa, itulah Kiam-Say-cu, diserahkan kepada Kim Hong Hong dan berkata!
"Hong Hong! Kim say cu yang kucuri darimu ini, kukembalikan kepadamu!
Suaranya terputus-putus! "Sim In!"
"Jangan bersedih! Akhirnya kesalah pahaman kita telah menjadi jelas!
Kim Hong Hong menangis sesenggukkan.
"Jangan.. Jangan kau nangis..." Sim In memberi hiburan.
"Harapanku .. ialah .. setelah aku mati .. aku sangat cinta .. padamu .. Dapatkah .. kau memaafkanku?"
"Aku memaafkanmu," berkata Kim Hong Hong.
"Te.....ri...ma.... kasih......!"
"Sim In, aku tidak mengharapkan kau mati."
Ternyata Putri Angin Tornado Kim Hong Hong telah memaafkan kesalahan kekasihnya yang telah merusak wajah membuntungi kedua kakinya itu!
Sim In menyerahkan Kim-say-cu.
"Jangan bersedih," Ia berkata.
"Semua ini gara-gara Tan Kiam Lam?!" Kim Hong Hoog mengertek gigi.
"Betul! Kau harus menuntut balas," berkata Sim In.
"Aku akan menuntut balas." Berkata Kim Hong Hong.
Mata Kim Hong Hong menjadi liar, tiba-tiba ia berpaling kearah Tan Ciu.
Tan Ciu menggigil takut sinar mata itu sangat seram sekali. Tiba tiba Kim Hong Hong membentak. "Aku akan membunuhmu dahulu"
Kata kata ini ditujukan kearah muridnya, pemuda yang bernama Tan Ciu itu! Sungguh menyeramkan. Tan Ciu mundur kepojok dinding guha.
"Suhu..." Ia memanggil gurunya itu. Kim Hong Hong mengertek gigi.
"Aku tidak dapat mengampuninya." Geramnya kepada pemuda itu.
"men.... Mengapa?"
"Karena kau adalah anak turunan Tan Kiam Lam." Putri Angin Tornado Kim Hong Hong itu sangat marah sekali.
Tan Ciu hanya dapat mengucurkan air mata. Tiba tiba tubuh Kim Hong Hong melesat, kedua tangan direntangkan dan memukul pemuda dihadapannya.
Bagaimana kesudahan dari pukulan ini?
Berhasilkah Putri Angin Tornado Kim Hong Hong menuntut balas? Mari kita mengikuti cerita berikutnya.
0O0
BERCERITA bagaimana Putri Angin Tornado Kim Hong Hong marah besar. Semua kesalahan adalah kesalahan Tan Kiam Lam. Karena orang yang dimaksud tidak ada dihadapannya semua kemarahan dijatuhkan kepada sang murid. Tan Ciu yang dikatakan sebagai Putri Tan Kiam Lam.
Kim Hong Hong menubruk dan memukul Tan Ciu!
Tak mungkin sipemuda menghindari serangan ini, tubuhnya terpental jatuh tertelungkup, dari mulutnya mengeluarkan darah merah.
Seperti apa yang kita ketahui, Putri Angin Tornado adalah salah seorang yang ganas, Ilmu kepandaiannya sangat hebat, demikian pula pukulan tadi, luar biasa sekali.
Bila saja Su Hay Khek tidak menyerahkan latihan tenaga yang telah dihasilkan selama puluhan tahun itu, kedalam tubuh Tan Ciu, pasti pemuda itu mati kontan, disaat itu juga,
Kini, Tan Ciu telah mewarisi semua tenaga si kakek aneh Su Hay Khek, kemudian menerima pukulan si guru, betul terluka, tapi tidak mati.
Suatu hal yang berada diluar dugaan Putri Angin Tornado Kim Hong Hong.
Tubuh Tan Ciu yang menggeletak ditanah menggeliat, kemudian merayap bangun, kini si pemuda berdiri lagi.
"Suhu ..." Tan Ciu menyusut darah yang membasahi bibirnya.
Kim Hong Hong membentak.
"Tutup mulut. Aku tidak mau dipanggil guru lagi. Kau adalah anak Tan Kiam Lam."
"Suhu....."
"Tidak kusangka, ayahmu berlaku sejahat itu, menggunakan ilmu Ie hun-tay-hoat merusak kehormatan orang!"
"Suhu bagaimana kelakuan ayahku tidak mempunyai hubungan denganku." Tan Ciu mencoba memberi pembelaan kepada dirinya. "Aku tidak pernah melakukan kesalahan, aku tidak pernah membantah perintahmu."
"Tetapi, kau adalah anaknya. Tidak seharusnya aku memberikan didikan ilmu silat kepadamu, Kini aku harus membunuhmu."
Tan Ciu dengan getaran jiwa yang kontras berteriak.
"Suhu,"
"Sudah kukatakan, jangan panggil aku guru lagi."
"betul-betul kau ingin membunuhku?" Tan Ciu meminta keterangan.
"Tentu!"
"Baiklah." Tan Ciu menghela nafas. "Bunuhlah!!"
Putri Angin Tornado yang telah kembali ke kursi rodanya meletik lagi, kini mengancam ubun ubun si pemuda, Tiba tiba Sim In mengeluarkan teriakan!
"Hong Hong..."
Kim Hong Hong harus membatalkan niatannya, ia menoleh sebentar dan karena inilah harus kembali ketempat kursi rodanya. Kedua kakinya telah tiada, ia harus tetap duduk dikursi beroda itu.
"Hong Hong ... Jangan...dia ... Yang bersalah... adalah... ayahnya...Bukan pemuda.... itu..." Putri Angin Tornado Kim Hong Hong memandang Tan Ciu dan membentak.
"Pergi! Pergilah kau dari tempat ini."
Ia mengusir muridnya itu.
Tan Ciu mengucurkan air mata.
"Suhu..." Ia memanggil guru itu pedih.
"Mulai hari ini, aku bukan suhumu lagi." Berkata Kim Hong Hong ketus.
Tan Ciu mengucurkan air mata lebih deras, dengan menahan rasa sakit didalam hati yang tidak kepalang, ia berkata.
"Suhu, betul betul kau tidak bersedia menerima diriku sebagai murid lagi?"
"Mengapa harus menerima dirimu?" Bentak Kim Hong Hong. "Aku tidak membunuhkau, hal ini adalah keberuntunganmu, tahu?"
"Suhu."
"Tutup mulut!"
"Bolehkah aku mengajukan suatu pemohonan?"
"Tidak perlu." Ternyata King Hong Hong sangat keras hati. "Bila kau membangkitkan kemarahanku, batok kepalamu segera pecah didalam guha ini."
Tan Ciu berjalan pergi, dengan bergumam.. ia berkata.
"Baiklah Suhu, muridmu pergi"
Sebelum meninggalkan guha itu. Tan Ciu berlutut terlebih dahulu, inilah penghormatan yang terakhir kepada gurunya, kepada guru yang telah mendidik dirinya menjadi seorang tokob silat yang berkepandaian tinggi.
Dengan mengucurkan air mata kesedihan Tan Ciu meninggalkan gurunya.
Tan Ciu dibesarkan didalam keadaan yang tidak ada kehangatan rumah tangga, hanya kakaknya dan guru ini yang memperhatikan kehidupannya.
Setelah Tan Sang digantung orang di atas pohon penggantungan, ia sudah merasa suatu kesusahan.
Kini iapun diusir pergi oleh gurunya.
Suatu penderitaan bathin yang paling besar, luar biasa.
Apa guna hidup didalam dunia ? Bila harus sengsara terus menerus?
Hal ini berpokok pangkal dari ayahnya, orang yang bernama Tan Kiam Lam itu!
Siapakah Tan Kiam Lam? Dosa apakah yang telah dilakukan oleh orang itu? Mengapa tidak seorang yang pernah menaruh simpatik kepadanya? Hanya dendam, hanya permusuhan, hanya makian yang dijatuhkan kepada tokoh si1at tersebut.
Tan Ciu berjalan seorang diri, kepalanya ditundukkan ke tanah, melakukan perjalanan dengan hati hancur luluh.
Dikala Tan Ciu meninggalkan guha itu, Sim In berteriak.
"Hong Hong, cegah kepergiannya!"
Putri Angin Tornado Kim Hong Hong mengeleng-gelengkan kepala.
"Biarlah ia pergi." ia berkata.
"Hong Hong.. Kita .. Kita sangat... membutuhkannya .." Berkata Sim In dengan suara yang terputus-putus, sangat berat.
"Aku tidak akan membutuhkannya." Berkata Kim Hong Hong singkat.
Jauh ditempat mereka, Tan Ciu tiba tiba berteriak.
"Tidak seorangpun yang membutuhkanku! Tak seorangpun yang memerlukan tenagaku, Ayahku .. Ibuku .. kakakku .. guruku .. mereka tidak mau ambil tahu penghidupanku?"
ia gila ...
Berteriak-teriak ditengak jalan, menari nari.
Hal ini dapat kita maklumi, bagaimana ia tak menjadi gila, bila semua orang menolak keras kehadirannya didalam dunia? Termasuk
gurunya yang dicintai?
Tanah Ladang, Tebing curam, Lereng gunung, Lembah dalam, Sungai, Satu persatu telah diarungi olehnya.
Beberapa lama kemudian Tan Ciu tidak tahu betapa jauh perjalanan yang telah ditempuh, berapa banyak gunung yang telah dilewati.
Akhirnya ia jatuh, tidak kuat mempertahan kondisi badannya yang divorsir terus menerus seperti itu!
Rasa putus asa mengurungi benak otaknya!
Melampiaskan rasa penasaran itu, ialah membiarkan segala berlangsung seperti tadi!
Akhirnya Tan Ciu jatuh, ia menangis menggerung-gerung!
Tiba-tiba....
Satu suara yang nyaring merdu memecahkan kesedihan itu. "Eh, kau mengapa."
inilah suara seorang gadis yang sangat empuk sekali, memikat hati.
Tan Ciu mempekakkan telinganya, ia tidak memberikan reaksi.
Suara merdu itu berkumandang lagi.
"Hmmn... Laki laki sudah besar masib menangis? Apakah yang menyebabkan kesedihanmu?"
Tan Ciu mendongakkan kepala, dilihat seorang gadis berbaju putih berdiri dihadapannya, wajahnya cantik, laku lakunya lucu dan menarik, matanya dipentang lebar lebar, dengan kepala ditelengkan, memperhatikan dirinya.
"Ayouw ... "Gadis berbaju putih ini berkata. "Bagaimana kau tiba ditempat ini?"
Tiba tiba saja Tan Ciu membentak,
"Pergi."
Gadis itu terkejut, ia lompat berjingkrak
"Eh, kau galak sekali." ia berkata.
"Pergi," Bentak Tan Ciu lagi. "Kau pergi dari sini."
"Mengapa?"
"Pergi"
"Aku tidak melakukan sesuatu yang merugikanmu."
Tan Ciu mendelikkan mata, hawa pembunuhan mengurungi wajah yang tadinya cakap dan tampan itu.
Si gadis semakin terkejut, ia mundur beberapa langkah.
"Kau ... Kau mengaoa?" Ia bertanya. Tan Ciu mengayun tangan, memukul gadis berbaju putih itu.
Si gadis melesatkan diri, maka gagallah serangan yang dilontarkan kepada dirinya. Ternyata gadis inipun berkepandaian silat.
Tan Ciu kehilangan keseimbangan badan tubuhnya yang memukul gadis dengan tidak mendapat sasaran itu, jatuh ngusruk ditanah. Gadis berbaju putih maju, maksudnya ingin memayang bangun pemuda itu.
Tapi Tan Ciu membentak. "Pergi."
Tanpa bantuan orang, Tan Ciu bangkit dengan susah, kemudian berjalan pergi, tubuhnya sempoyongan, jalannya sudah limbung
Kejadian ini tidak berlangsung lama, tubuh Tan Ciu jatuh lagi.
Gadis itu mengikuti dibelakang sipemuda.
Tan Ciu membentak.
"Pergi... Pergi ... Kau ... pergi ... "
Gadis berbaju putih mengkerutkan kerut alisnya yang lentik.
Dari jauh terdengar satu suara yang memanggil.
"Tan Ciu... "
Tan Ciu mempanjangkan kupingnya, itulah suara si guru. Putri Angin Tornado Kim Hong Hong!
Badan Tan Ciu menggigil gemetar.
Gadis berbaju uutih mengajukan pertanyaan
"Kau yang bernama Tan Ciu?"
"Jangan tanya!" Tan Ciu membentak galak.
"Siapa yang memanggil manggil itu?"
"Guruku ... Hei, sudah kukatakan, kau pergi?" Tiba tiba Tan Ciu menjadi sangat galak sekali.
Dari tempat yang sangat jauh, terdengar suara Kim Hong Hong lagi.
"Tan Ciu... Tan Ciu .... Dimana kau berada ...?"
Gadis berbaju putih itu mengambil putusan ia mendekati Tan Ciu, dengan satu gerakan yang paling cepat, menotok jalan darah beku orang, kemudian digendong, lari ke-arah datangnya suara Kim Hong Hong.
Jalan darah kaku Tan Ciu telah ditotok, maka ia tidak berdaya, tetapi mulutnya tidak dibekap, juga tidak mendapat totokan jalan darah gagu, maka ia berteriak.
"Lepaskan diriku... Lepaskan diriku..."
Gadis baju putih itu tidak memperdulikannya, ia melesat semakin cepat, tujuannya tepat di mana suara Putri Angin Tornado Kim Hong Hong datang.
Tidak lama kemudian, gadis itu telah membawa Tan Ciu masuk kedalam sebuah rimba.
Putri Angin Tornado Kim Hong Hong duduk dikursi rodanya. melihat kedatangan Tan Ciu yang digendong oleh seorang gadis, segera ia berteriak.
"Tan Ciu .... "
Gadis itu meletakkan tubuh Tan Ciu dihadapan Kim Hoog Hong, kemudian menotok hidup jalan darah kakunya.
"Cianpwee, kau mencari dia?" sambil memandang Kim Hong Hong, gadis tersebut mengajukan pertanyaan.
Kim Hong Hong menganggukkan kepala, dengan suara yang sember, ia berkata.
"Betul. Dia adalah muridku."
"Muridmu mengalami tekanan iiwa yang sangat hebat, bila tidak cepat cepat ditolong, mungkin menjadi seorang gila." Sang gadis
memberi keterangan.
Air mata Kim Hong Hong mengucur turun.
Gadis baju putih itu tidak mengerti, apa yang telah terjadi diantara guru dan murid itu, ia memandang Kim Hong Hoog dengan penuh teka teki.
Putri Angin Tornado Kim Hong Hong berkata.
"Aku berterima kasih kepadamu yang telah membawa dia kemari."
"Aku sedang mencari seseorang, ditengah jalan bertemu dengannya. Maka aku tidak dapat berpeluk tangan." Berkata gadis itu.
"Siapakah orang yang kau ingin temukan?" Bertanya Kim Hong Hong.
"Si Bongkok Kui-thocu."
Kom Hong Hong tergagap. "Si bongkok Kui thocu?"
"Kau mencari tokoh yang pernah menggemparkan rimba persilatan pada dua pulah tahun yang lalu itu?" Kim Hong Hong menatap wajah gadis tersebut dengan tajam.
"Betul."
"Nama ini terkenal pada dua puluh tahun berselang, tetapi tidak ada kabar ceritanya lagi," ujar Kim Hong Hong.
"Terima kasih atas keteranganmu." Berkata gadis baju putih itu. "Aku harus pergi. dengan ini meminta diri. Selamat tinggal."
Kim Hong Hong menganggukan kepalanya,
Tubuh si gadis melesat, dan lenyap diluar rimba itu,
Kim Hong Hong memandang Tan Ciu, air matanya mengucur lagi.
"Tan Ciu... " Ia memanggil lemah. Tan Ciu memandang wajah sang guru yang buruk, kemudian berkata.
"Suhu, kau mencari aku untuk dibunuh?" Pertanyaan ini seperti keluar dari mulai seorang yang sudah sakit ingatan.
Kim Hong Hong menggeleng gelengkan kepalanya.
"Tidak." Ia berkata tegas. Tan Ciu masih memandang dengan sikap yang acuh tak acuh, ia tidak mengerti.
Tiba tiba Kim Hong Hong meninggalkan korsi rodanya, menubruk Tan Ciu, dipeluknya erat erat dan menangis.
"Tan Ciu ... Oh ... muridku yang baik," Ternyata Kim Hong Kong telah sadar dari kesalahannya.
"Suhu ... Aku merasa bersalah." Berkata si pemuda.
"Tidak, Akulah yang bersalah." Berkata Puteri Angin Tornado Kim Hong Hong. "Tidak seharusnya aku mengusirmu dari pintu perguruan ... Yang bersalah adalah ayahmu .., Bukan kau .."
"Suhu, kau tidak benci kepadaku lagi?"
Kim Hong Hong memeluk semakin keras
"Tidak," Ia berkata.
"Tidak mau membunuh diriku lagi?"
"Tentu saja tidak."
"Sungguh?"
"Tentu." Pelukan Kim Hong Hong yang mesra, penuh dengan cinta kasih itu adalah jawaban yang memastikan sekali.
"Maafkanlah gurumu yang telah salah ini." Berkata lagi Kim Hong Hong. "Aku masih membutuhkanmu. Sungguh ... Tan Ciu.. aku harus meminta bantuan bantuanmu.."
Tan Ciu mendengarkan cerita ini dengan penuh perhatian, hatinya agak terhibur, ternyata tidak seperti apa yang diduga,bahwa gurunya betul betul tidak membutuhkannya lagi. ternyata sang guru masih mencari cari dirinya.
Tekanan yang menyiksa hati telah dilenyapkan Tan Ciu beruntung belum menjadi gila.
Terdengar lagi suara Kim Hong Hong yang sayu dan sedih.
"Sim In telah menghembuskan napasnya yang terakhir dihadapanku. Kecuali kau ... Tan Ciu, tidak ada oraag yang lebih dekat lagi,"
"Akupun tidak boleh ketinggalanmu." Berkata Tan Ciu.
Mereka telah berhasil melenyapkan kesalah pahaman. Kim Hong Hong kembali lagi ke tempat kursi rodanya, Ia bergumam.
"Kita berdua adalah orang-orang yang paling merana, dunia telah melakukan sesuatu yang tidak adil, kejam sekali.... Kita harus menerima siksaan ini...."
"Suhu... katakanlah kepadaku. Betulkah bahwa aku anak Tan Kiam Lam?" Kesan Tan Ciu kepada Tan Kiam Lam itu buruk sekali.
Kim Hong Hong menganggukkan kepala perlahan. "Suhu ceritakanlah, bagaimanakah orang yang menjadi ayahku itu."
"Dia.... " Putri Angin Tornado ragu ragu untuk menceritakannya. Haruskah kejadian ini diceritakan kepada sang murid, orang yang menjadi putra tunggal Tan Kiam Lam?
"Suhu, ceritakanlah kepadaku." Tan Ciu memohon lagi.
"Baiklah." Akhirnya Kim Hong Hong mengambil keputusan. "Hanya apa yang kuketahui sangat sedikit sekali."
"Ceritakanlah apa yang kau ketahui." Putri Angin Tornado Kim Hong Hong memandang keluar rimba, mengikuti bayangan bayangan awan yang saling seliwer itu, seolah olah mengembalikan kenangannya kemasa yang telah lampau.
"Cerita dimulai dari hubunganku dengan ayahmu." Kim Hong Hong mulai bercerita.
"Aku dan ayahmu kawan yang sangat baik. Perkenalan itu dengan perantaraan ibumu, hal ini terjadi pada dua puluh tahun berselang. Melati putih, ibumu itu adalah kawanku yang paling erat, dia adalah kekasih Tan Kiam Lam. Semua orang tahu, akan hal ini. Hanya hubungan kita tidak lama, hanya memakan waktu tiga bulan saja. Setelah itu, kita orang berpisah."
"Mulai saat itu, aku tidak mendapat khabar berita tentang ayahmu ltgi. Hanya setengah tahun kemudian, terjadilah issue yang menggegerkan ..."
"Issie tentang ayah atau ibuku?" Tan Ciu tidak tahan untuk tidak mengajukan pertanyaan.
"Hal ini menyangkut ayahmu, dikatakan bahwa Tan Kiam Lam melakukan perkosaan perkosaan terhadap banyak wanita."
"Aaaaa... "
"Disusul dengan cerita lain yang lebih menyeramkan."
"Cerita lain?"
"Betul. kali ini menyangkut juga ibumu."
"Bagaimanakah ibuku terlibat dalam skandal itu?" Bertanya Tan Ciu bernapsu.
Kim Hong Hong tidak segera menjawab. Ia menatap wajah Tan Ciu lama sekali. Entah apa yang sedang dikenangkan oleh wanita yang bernasib buruk ini?
Untuk mengetahui bagaimana lanjutan cerita tentang Tan Kiam Lam suami istri, mari kita membalik lembaran yang berikutnya.
oooOooo
TAN CIU menjadi tidak sabar, "Bagaimanakah cerita tentang ayah dan ibuku?" Ia mendesak guru itu bercerita lebih panjang dan lebih jelas.
"Tidak leluasa untuk bercerita." Berkata Kim Hong Hong.
"Mengapa?"
"Drama ini terlalu sedih, terlalu meresap kedalam sendi sendi tulang."
"Mungkinkah ibu membunuh ayah?"
Kim Hong Hong menggeleng-gelengkan kepala.
"Katakanlah, biar cerita yang bagaimana pun, akan kuterima," Berkata Tan Ciu memohon gurunya tersebut.
"Baiklah." Berkata Kim Hong Hong. "Biar bagaimana, kau pasti mengetahui hal ini. Kini aku bercerita. Tan Kiam Lam telah tidak mencintai ibumu lagi, bukan saja melakukan banyak perkosaan perkosaan, lebih dari pada itu, ia menyerahkan ibumu untuk diperkosa bergilir oleh orang."
"A a a a a .."
"Orang itu adalah kawan kawannya Tan Kiam Lam!"
"A a a a a ...."
Tan Ciu tergugat, bagaikan benda berat yang memukul hatinya, sungguh sungguh ia tidak percaya. Mungkinkah hal ini dapat terjadi dalam dunia? Mungkin orang yang seperti Tan Kiam Lam? Memperkosa anak gadis orang dan membiarkan istrinya diperkosa oleh kawan sendiri?
Kim Hong Hong menghentikan ceritanya sebentar, ia memperhatikan perubahan wajah pemuda ini.
"Sahu, betul?" Tan Ciu mengajukan pertanyaan.
"Hal ini sungguh sungguh terjadi." Putri Angin Tornado Kim Hong Hong memberikan kepastiannya.
"Tidak .... " Tan Ciu berteriak.
"Akupun tidak percaya." Berkata Kim Hong Hong lagi "Dan tidak lama, tersebar lagi berita yaDg mengatakan bahwa Melati Putih membunuh suami sendiri."
"Membunuh Tan Kiam Lam?"
"Betul."
"Mengapa dikatakan bahwa Tan Kiam Lam masih hidup, dan menjadi ketua Benteng Penggantungan?"
"Kukira, bahwa orang yang menjadi ketua Benteng Penggantungan itu bukanlah Tan Kiam Lam."
"Kuharap saja bukan!" Berkata Tan Ciu. "Bagaimana dengam ibuku?"
"Aku segera mengecek kebenaran ini." Berkata lagi Kim Hong Hong. "Sayang kedatangankupun terlambat, dikala aku tiba. Melati Putih telah digantung orang. ia digantung didalam rimba pohon penggantungan diatas Pohon Penggantungan yang misterius itu."
Melati Putih, ibu Tan Ciu juga mati diatas Pohon Penggantungan?
"Aaaa ... "Sekali lagi Tan Ciu berteriak. "Dengan alasan apa orang nggantung ibuku?"
"Mereka mengatakan ibumu terlalu kejam, untuk menegakkan keadilan dunia, mereka menggantung dan membunuhnya."
"Keadilan dunia yang tidak adil." Tan Ciu mengutuk.
"Betul. Dunia ini belum tentu adil bagi silemah. Keadilan hanya berada ditangan para penguasa dan para pengusaha besar."
"Siapakah orang orang yang menggantung Ibuku itu?" Tan Ciu mengajukan pertanyaan
"Aku sendiripun tidak jelas." Berkata Kim Hong Hong. "Siapakah orang yang menggantung kawan baikku itu?"
"Kemudian."
"Ternyata ayahmu tidak mati." Berkata si puteri Angin Tornado. Ia hanya menderita luka berat. Setelah sembuh dari luka itu, ia menemui diriku. Dikatakan bahwa kau dan Tan Sang masih membutuhkan perawatan dan meminta aku mewakilinya mendidik kalian.
"Suhu tidak menegur tentang perbuatan-perbuatannya.?"
"Sudah kuminta pertanggung jawabannya. Tetapi ia menyangkal keras!" Berkata Kim Hong Hong.
"Ia tidak mengakui akan perbuatannya?"
"Betul. Dikatakan bahwa itu hanya fitnah fitnah dari orang yang dijatuhkan kepada dirinya."
"Siapakah orang yang memfitnah ayahku?"
"Mana kutahu." Berkata Kim Hong Hong!
"Sedangkan ayahmu yang berkepandaian begitu tinggipun tidak dapat menyebut nama orang tersebut. Bagaimana aku dapat memberi keterangan ini? Tapi aku menyangsikan kebenaran dari keterangannya."
"Kemudian..."
"Yang lebih heran lagi ialah, tidak lama setelah menyerahkan kalian kepada tanggung jawabku. Tan Kiam Lam lenyap tanpa bekas, tanpa berita."
"Lenyap? Diculik."
"Siapakah yang mempunyai ilmu kepandaian lebih tinggi dari ayahmu? Hal ini tidak mungkin. Akupun bingung dan tidak mengerti. Mengapa dengan ilmu kepandaian yang Tan Kiam Lam miliki dapat lenyap tidak berbekas?"
"Dan perbuatan yang dilakukan kepada diri suhu..."
"Bila keterangan Sim In itu benar. Pada suatu hari aku telah kena tipu Ie bun tay hoat ayahmu. Aku tidak sadar sama sekali, apa yang telah kulakukan dan apa yang telah aku perbuat!"
"Apakah ilmu Ie hun-tay hoat itu?"
"Ilmu Ie hun-tay hoat adalah semacam ilmu sesat yang dapat menguasai jiwa dan perbuatan seseorang berada dibawah pengaruh kemauan orang yang menggunakan ilmu itu!"
"Ilmu yang hebat!"
"Betul! Siapa yang terkena ilmu Ie-hun tay hoat, lupalah akan segala perbuatan yang telah dilakukan olehnya!"
"Manusia jahat!! Aku akan membunuhnya"
"Membunuh ayahmu?" Putri Angin Tornado Kim Hong Hong bertanya. "Hal ini sebagai penderitaan yang terbesar bagimu. Akupun salah seorang korban kebiadaban ayahmu itu."
"Aku akan mengadakan teguran kepadanya." Berkata Tan Ciu.
"Sayang ilmu kepandaianmu terlalu rendah." Berkata Kim Hong Hong,
"Pada suatu hari, aku akan memiliki ilmu silat tinggi."
Kim Hong Hong memuji ketekatan muridnya. Ia puas dapat mendidik seorang murid yang seperti Tan Ciu.
"Eh, dimana kakakmu?" Suatu ketika, ia mengajukan pertanyaan tentang Tan Sang.
"Mati."
"Hah? Mengapa mati?"
"ia adalah salah seorang korban Pohon Penggantungan, Pencipta Pohon maut itu telah menggantung Tan Sang diatas pohon gundulnya."
"Aaaa... Apa alasannya membunuh Tan Sang??
"Tidak tahu!" Tan Ciu menggeleng gelengkan kepala!
"Siapakah algojo Pohon Penggantungan?"
"Tidak tahu..." Berkata Tan Ciu, "Ada orang yang mengatakan bahwa pemilik Pohon Penggantungan adalah ibuku. Hanya ibuku yang mempunyai ilmu kepandaian tinggi seperti itu."
"Kini kau maklum, bahwa tidak sedikit tugas yang jatuh keatas pundakmu, bukan?"
"Betul."
"Karena sebab-sebab inilah, engkau harus memiliki ilmu kepandaian yang tinggi." Berkata Kim Hong Hong.
Tan Ciu menerima petuah ini.
Dari dalam saku bajunya. Kim Hong Hong mengeluarkan batu berukiran singa, itulah Kim-say cu yang telah dikembalikan oleh Sim In.
"Kim say-cu pernah dicuri oleh Sim In." Berkata Kim Hong Hong. "Disini ada sesuatu yang berharga, tahukan apa yang hendak dimiliki olehnya?"
Tan Ciu menggeleng gelengkan kepala.
"Tidak tahu." Ia berkata teras terang.
"Didalam Kim-say cu inilah tersimpan ilmu kepandaian silat yang maha hebat." Berkata Kim Hong Hong.
Tan Ciu mempentang kedua matanya lebar lebar,
Kim Hong Hong merusak Kim say-cu. dari dalam benda itu, ia mengeluarkan sebuah gambar peta yang sangat kecil, itulah peta dari gambar pemandangan alam. Peta yang menunjukkan di mana ilmu kepandaian silat tinggi yang hebat didalam dunia itu tersimpan.
Peta tersebut diserahkan kepada muridnya.
"Ambillah ini dan berusaha memiliki ilmu silat yang maha hebat itu." Berkata Putri Angin Tornado.
Tan Ciu menerima hadiah pemberian sang guru yang tidak ternilai dengan harga itu.
Hari itu juga mereka berpisah. Kim Hong Hong kembali keguha tempat tinggalnya. Sedangkan Tan Ciu berkelana, mencari tempat yang tersimpan ilmu silat maha hebat. Mendaki gunung, menembus rimba, menerjang lembah.
tiba-tiba turun hujan lebat, guntur menggelegar keras, diantaranya sinar kilat yang bercahaya terang, bagaikan mau memecah bumi, terlihat sesosok bayangan berlari kencang, tidak terdengar suara larinya, ia menerjang hujan dan angin, menerjunkan dirinya kedalam sebuah lembah.
Siapakah bayangan ini?
Dia adalah jago muda kita. Tan Ciu,
Mengikuti gambar peta yang didapatnya dari gurunya, ia mencari letak tempat penyimpan ilmu silat maha hebat itu. Ia wajib meyakinkan ilmu silat yang lebih dalam, hal ini penting, mengingat betapa tinggi dan hebat ilmu kepandaian Tat Kiam Lam.
Kini berusaha. Dimisalkan ia berbasil meyakinkan ilmu silat yang maha hebat itu. Berhubung Tan Kiam Lam juga bukan manusia biasa, dapatkah ia mengalahkan ayahnya itu? hal ini belum dapat menemukan jawaban yang pasti.
Melewati lorong tebing yang dijepit oleh gunung-gunung tinggi, melalui sungai-sungai dengan airnya yang jernih. Tan Ciu berhasil menemukan guha tempat penyimpan ilmu silat maha hebat itu.
Guha ini sangat kecil sekali, hanya seorang yang dapat memasuki guha itu.
Tan Ciu masuk kedalam guha, masuk dengan sabar, tanpa memperhitungkan mati hidupnya. Berjalan belasan tombak, tiba tiba ia dikejutkan oleh satu suara gedabruk yang keras, itulah suara pintu batu yang menutup jalan baliknya. Pintu guha telah tertutup mendadak.
Pintu batu yang menutup mulut guha itu tebal dan besar, luar biasa beratnya. Ia telah menutup hubungan jalan Tan Ciu untuk kembali kedunia luar. Didalam guha, Tan Ciu mencoba mendorong pintu tersebut. Ia mengalami kegagalan total pintu tidak bergeming sama sekali.
Dan cerita kita singkat...
Air yang mengalir disungai-sungai kecil tetap meluncur tenang. Dimusim dingin air ini membeku menjadi es, manakala musim semi datang, ia mencair lagi dan tetap meneruskan usahanya untuk dapat mencapai akhir tujuannya, itulah laut samudra.
Pintu batu yang menutup guha di mana Tan Ciu mencari ilmu silat maha tinggi itu tetap seperti sedia kala.
Musim panas tiba ...
Air mengalir semakin cepat.
Bagaimana keadaan Tan Ciu?
Mari didalam guha pusaka? Mati karetna tamak kepada ilmu yang tiada batasnya?
Belum!
Dunia tidak membiarkan ia mati seperti itu. dia adalah lakon utama kita, ia harus hidup, walau harus mengalami, menerjang berapa banyak rintangan dan kesulitan-kesulitan yang bagaimana beratpun juga.
Tan Ciu tekun didalam guha, mempelajari ilmu silat yang maha tinggi itu.
Maka, musim rontokpun tiba ...
Daun-daun mulai menguning satu persatu gugur jatuh, melayang dibawa angin terbang.
Lembah yang sunyi senyap itu, tiba-tiba digegerkan oleh letusannya satu suara yang maha dahsyat.
Batu yang menutup pintu guha tiba-tiba bobol pecah, hancur luluh berantakau, suara pecahan batu tebal inilah yang memecah kesunyian itu.
Sesosok bayangan, melayang keluar dari pecahan pecahan batu itu.
Siapakah orang ini ?
Mudah diduga, dia adalah jago kita, Tan Ciu yang gabah perkasa. Tanpa direnungkan lagi, kita mengetahui pasti bahwa ilmu kepandaiannya telah maju pesat, ia telah mendapatkan ilmu silat tinggi yang maha hebat itu, ia telah menjadikan dirinya sebagai seorang yang terkuat, seseorang yang mungkin dapat hidup malang melintang tanpa tandingan.
Satu tahun pemuda ini melatih diri didalam guha pusaka dan akhirnya berhasil menguasai segala kesulitan-kesulitan. Kini ia muncul di dalam dunia bebas lagi.
Terlihat Tan Ciu melempangkan dadanya, menggerak-gerakkan tangan, meluruskan otot otot yang keras itu dan bergumam, "Satu tahun telah kulewatkan ...."
Betul. Satu tahun ia melatih diri dengan tekun, maka ia berhasil.
Kini musim rontok.
Waktu telah mendekati Pek gwe Tong-chiu
Tan Ciu keluar dari guha pusaka tepat pada tanggal dua belas bulan delapan. Tiga hari sebelum hari Tong chiu, tanggal lima belas bulan delapan yang terkenal dengan pesta kuweh Tong chiu pia itu.
Semua orang dalam rimba persilatan tak dapat melupakan drama Pohon Penggantungan. Lebih lebih para gadis cantik yang berkepandaian ilmu silat, hati mereka berdebar keras, menantikan lewatnya hari yang naas itu.
Tanggal lima belas bulan delapan adalah hari Pohon Penggantungan yang meminta korban.
Masih dalam ingatan mereka, satu tahun yang lalu, seorang gadis cantik berkepandaian silat telah mati digantung orang, mati diatas Pohon Penggantungan.
Satu tahun telah lewat.
Tanggal lima belas bulan delapan tahun ini masih adakah korban yang akan mati penasaran diatas Pohon Penggantungan?
Mari kita menyaksikan kejadian berikutnya.
Pada tanggal empat belas bulan delapan, Tan Ciu berada di mulut guha gurunya, di mana Putri Angin Tornado Kam Hong Hong menetap.
Ia wajib memberi tahu bahwa dirinya telah berhasil dan sukses meyakinkan ilmu silat tinggi yang maha hebat ini.
Tapi disini telah terjadi perubahan. Didalam isi guha tidak dapati jejak gurunya. Putri Angin Tornado Kim Hong Hong lenyap tanpa bekas, tidak meninggalkan tanda tanda sama sekali. Hal ini sangat mengherankan si pemuda.
"Suhu ... suhu ... " Tan Ciu memanggil manggil gurunya.
Tidak ada jawaban. Sudah jelas bahwa gurunya itu tidak berada ditempatnya.
"Apakah yang telah terjadi ? Masih segar dalam ingatan Tan Ciu, bahwa guru itu menekankan bahwa ia harus menemuinya! lebih dahulu, berhasil atau tidaknya menemukan ilmu silat tinggi yang maha hebat itu, ia harus memberi laporan yang jelas.
Kini ia telah kembali, tetapi tidak berhasil membuat laporan kepadanya.
Ke manakah guru itu pergi?
Mati?
Tidak mungkin.
Terjadi sesuatu yang berada diluar dugaan. Tentunya ada musuh musuh kuat yang memancingnya pergi, mungkin juga kena di culik orang. Memang sudah menjadi biasa bahwa didalam jaman yang sangat kalut, terjadi penculikan-penculikan yang secara ilegal.
Tan Ciu memtriksa seluruh isi guha, tidak ada peninggalan peninggalan yang dapat diselidiki olehnya. Maka ia keluar meninggalkan guha itu.
Lama sekali Tan Ciu berdiri dimulut guha, kemana ia harus menentukan langkah berikutnya?
Tan Ciu bertekad menuju kearah Benteng Penggantungan, disini ia harus memecahkan rahasia Tan Kiam Lam.
Tubuhnya melesat dan menuju keatah Benteng yang sangat mesterius itu.
kecepatan Tan Ciu tidak bisa diukur dengan cara biasa, bagaikan bintang meteor yang melepaskan dirinya dari induk asalnya meluncur cepat sekali.
Lain bayangan meluncur dari arah yang bertentangan kecepatannya pun hebat.
Dua tokoh silat kelas satu ini hampir bersampokan, bertubrukan. Beruntung, mereka sama sama hebat, sama-sama tajam mata, cepat menginjak gas berhenti, dan menyisihkan diri.
BERSAMBUNG JILID 7

Jumat, 29 Oktober 2010

Pohon keramat jilid 05

Download klik kanan save as

(jilid01)(jilid02)(jilid03)(jilid04/A>)(jilid05)(jilid06)

POHON KRAMAT.
KARYA KHU LUNG
JILID 5  by aaa

TAN CIU berada di dalam keadaan jalan yang sudah buntu. Jiwa Co Yong sangat membutuhkan obat Seng hiat-hun tan, bagaimana bila Sim In kukuh tidak memberikan obat? Haruskah ia menggunakan kekerasan?
Tan Kiam Pek turut ikut campur, katanya.
"Sim kaucu, berilah sebutir obat itu. Ia sangat membutuhkan pertolonganmu."
"Dengan dalih aturan siapa harus memberikan obat kepadanya?" Sim In mengeluarkan suara dingin.
"Aku telah memberitahukan penyamaran Tan Kiam Lam, Kau wajib memberi upah jasa bukan?"
"Tidak!".
Wajah Tan Kiam Pek yang kaku itu agak beringas.
"Sim In," ia memanggil langsung. "Kau tidak bersedia mendengar saranku?"
"Aku mengatakan lebih dari satu kali, bukan?" Ternyata ketua Ang mo kauw inipun seorang kepala batu.
"Kau ingin merasakan tangan besiku!" Tan Kiam Pek bergeser lebih dekat.
"Kau ingin bertempur?"
"Bila kau telah kukuh diri"
"Baiklah. Apa boleh buat. Aku harus melayani segala tantangan yang datangnya dari luar perkumpulan Ang mo kauw."
Sim In memandang para tongcu perkumpulannya, Ciauw Lam mengajak dua kawannya maju kedepan, mereka siap menjalankan tugas yang akan jatuh pada diri mereka.
Ular Golis mengambil arah lain, ia masuk ke dalam ruangan dalam.
Tan Ciu dan Su Hay Khek tidak diam, mereka turut maju pula. Didalam ruangan itu terjadi ketegangan yang memuncak.
Tangan Tan Kiam Pek terayun, memukul Sim In yang keras kepala.
Ciauw Lam dan dua kawanannya tidak membiarkan kauwcu mereka yang dihina, merekapun maju memberi bantuan.
Tetapi Tan Ciu dan Su Hay Khek tidak berpeluk tangan, tiga orang perkumpulan Iblis merah ini ditahan olehnya.
Dua lawan tiga.
Pertempuran berjalan dengan hebat.
Disana Sim In bukanlah tandingan Tan Kiam Pek, sebentar saja ketua Iblis merah itu telah mandi keringat.
Suatu saat Tan Kiam Pek menggeram tangannya terayun cepat. Maka tubuh sang lawan berhasil dipukul jatuh. Sim In merayap bangun, bibirnya berdarah, Tan Kiam Pek membentak. "Bersediakah kau menyerahkan obat itu?"
"Tidak." Sim In mempertahankan gengsinya.
"Sim In, kau harus pandai melihat gelagat. Bukan waktunya untuk main kepala batu." Berkata Tan Kiam Pek yang menguarkan ancaman.  "Lebih baik kau menyerahkan barang yang kuminta."
"Tidak.!"
"Ingin mati?"
Tan Kiam Pek marah beuar, tubuhnya bergerak.
Sim In menjauhkan diri dari kejaran sastrawan kaku itu!
Gerakan Tan Kiam Pek sungguh gesit, ia telan berada dibelakang orang, tangannya di ulurkan dan berhasil mencengkeram leher baju ketua Ang mo kauw.
Sim In mengirim satu pukulan balikan.
Tan Kiam Pek menangkap tangan itu, kemudian menotok jalan darahnya, maka betul betul Sim In tidak berdaya.
Dengan menenteng tubuh Sim In yang telah berhasil ditaklukkan, Tan Kiam Pek memandang jalan pertempuran diantara Tan Ciu. Su Hay Khek melawan Ciauw Lam beserta dua kawannya.
Su Hay Khek memukul berulang kali, di-bawah bantuan Tan Ciu yang mengisi segala kekosongan dirinya, orang tua aneh itu berhasil melukai seorang tongcu Ang mo kauw.
Tan Kiam Pek segera mengeluarkan teriakan.
"Semua berhenti."
Suaranya keras dan berwibawa.
Tan Ciu, Su Hay Kbek, Ciauw Lam dan dua tongcu Ang-mo kauw menghentikan pertempuran. Mereka memandang kearan datangnya suara, di sini disaksikan bagaimana Sim In telah dibuat mati kutu.
Tan Ciu dan Su Hay Khek girang.
Ciauw Lam dan dua kawannya terkejut, wajah mereda berubah pucat.
Tan Kiam Pek menekan orang tawanannya.
"Sim kauwcu, kau tidak mau menyerahkan obat itu?"
"Tidak" Sim In telah menjadi nekad.
"Ketahuilah bahwa jiwamu telah berada di tanganku," Ancam lagi Tan Kiam Pek. "Kau menyerah kalah?"
"Tidak"
"Mungkinkah jiwamu lebih penting dari obat itu?"
"Lebih baik aku mati." Sim In memejamkan mata, ia lebih rela menyerahkan jiwanya.
"Aku tak percaya, kau sanggup menerima tekananku." Berkata Tan Kiam Pek yang segera menotok empat jalan darah ketua perkumpulan Iblis Merah itu.
Inilah cara penyiksaan yang hebat, Sim In berkelejetan ditanah. rasa gatal, perih, sakit dan nyeri menyerang jadi satu. ia mengerang, merintih, tetapi keras kepala, tidak mau menyerahkan obat yang orang minta.
Suara rintihan Sim In merindingkan bulu roma.
Tan Kiam Pek membentak. "Bagaimana?"
"Kau... kau mimpi." Sim In mempertahankan siksaan.
"Ingin kulihat, berapa lama lagi kau dapat bertahan?" Berkata Tan Kiam Pek.
Sim In masih berguling guling, merintih-rintih, saking jahatnya totokan itu, ia mengeluarkan air mata.
Melihat sang ketua merana, Ciauw Lam maju berteriak. "Bebaskan ketua kami ." Ia siap mengadu jiwa.
Su Hay Khek melintang dijalan, ia menghadang majunya orang.
"Kau belum mendapat giliran." Ia berkata. Ciauw Lam memukul Su Hay Khek. Su Hay Khek memapaki dengan pakulan Pula. Dua tenaga beradu, dan Ciauw Lam dipaksa membatalkan niatnya untuk menotok si ketua.
Disaat ini !!!
Sim In tidak sangggup menerima siksaan yang lebib hebat, ia jatuh kelenger.
Hal ini berada diluar dugaan Tan Kiam Pek. Ternyata ketua Ang-mo kauw itu adalah seorang sejati, rela mengorbankan diri, demi menjaga gengsi kepribadian dirinya.
Tan Kiam Pek mengerutkan kening, ia memandang Tan Ciu dan dia berkata kepada pemuda itu.
"Aku mengalami kegagalan." Susranya lemah. Tan Ciu maklum hal ini. Ia tidak menyalahkan paman tersebut.
"Aku tahu ," ia berkata. Tan Kiam Pek memungut tubuh Sim In yang jatuh pingsan itu dan menyerahkan kepada Tan Ciu.
"Kuserahkan kepadamu." demikian sastrawan ini berkata.
"Apa guna?" Tan Ciu tidak mengerti,
"Serahkan kepada gurumu. Dia dapat menyelesaikan urusan ini."
Memang diantara si Puteri Angin Tornado dan Sim In pernah terjalin hubungan percintaan. Walau cinta itu telah putus, mereka lebih mudah menyelesaikan perkara. Tan Ciu menerima saran ini.
"Bagaimana dengan Co Yong?" Tan Ciu mengkhawatirkan keselamatan gadis itu. Bila tidak ada Seng hiat hoan-hun-tan, pasti jiwa si gadis melayang.
"Menolong Co Yong, tidak banyak guna untukmu." Berkata Tan Kiam Pek.
"Mengapa? Dia menderita luka karena membela diriku."
"Dimisalkan dia adalah musuh. Kau bersedia menolongnya juga?" Tan Kiam Pak menatap kearah Tan Ciu tajam tajam.
"tentu!" Tan Ciu menganggukan kepala,
"Baiklah." Berkata Tan Kiam Prk. "Aku telah berdaya upaya. Sim In berkepala batu. biarpun kau kutungi lehernyapun, tidak mungkin ia mau mengeluarkan obat Seng hiat hoat hun tan itu."
Tan Ciu menundukkan mukanya ketanah.
"Bila gadis itu mati. Kau boleh meminta maaf didepan makam kuburannya " Berkata Tan Kiam Pek.
Kecuali segera menyerahkan Sim In kepada gurunya, memang tidak ada jalan lain. Tan Ciu harus mererima nasib.
Tan Kiam Pek menggapaikan tangan kepada Su Hay Khek dan berkata.
"Kalian boleh berangkat lebih dahulu."
Su Hay Khek berjalan pergi, diikuti pula oleh Tan Ciu dengan orang tawanannya.
Ciauw Lam dan dua kawannya memancarkan pandangan mata liar. Tetapi mereka tidak berdaya. Tan Ciu telah menggendong sang ketuanya.
Tan Kiam Pek menunggu ssmpai orang telah berangkat, baru ia melesat pergi meninggalkan lembah Iblis Merah.
oo O oo
SELURUH ISI GOA IBLIS MERAH telah menjadi sepi, ternyata Tan Kiam Pek telah menotok jalan darah orang-orang Sim In.
Tan Ciu dan Su Hay Khek telah berada diluar goa pintu masuk perkumpulan Ang-mo kauw. Tiba tiba terdengar suara orang yang lari dari belakang.
Tan Ciu memegang keras keras tawanannya.
Su Hay Khek menghentikan jalan dan siap menghadapi orang yang mengejar.
Terlihat seorang gadis melarikan diri cepat, itulah si Ular Golis.
"Tan siauwhiap, tunggulah sebentar." Berkata gadis ini memanggil Tan Ciu. Tan Ciu dan Su Hay Khek menatapnya tajam tajam.
Ular Golis menghampiri Tan Ciu lebih dekat, dari dalam saku bajunya mengeluarkan sebuah bungkusan kecil, diserahkannya kepada si pemuda dan berkata.
"AmbilUh ini obat Seng hiat hoan hun tan!"
Sungguh diluar dugaan. Barang yang sulit didapat datang sendiri tanpa banyak kesulitan,
"Aku harus berterima kasih kepadamu yang menolong jiwaku dari kematian " Berkata Ular Golis. "Hanya ini yang dapat kuberikan padamu."
Ternyata dikala Ular Golis hampir dihukum oleh Sim In, Tan Ciu pernah meminta gerasinya. dan permintaan itu dikabulkan. Ular Golis terhindar dari kematian, ia merasa hutang budi dan membalasnya dengan menyerahkan obat Seng hiat hoan-hun tan.
Tan Ciu masih ragu-ragu. Ia tidak segera menyambuti obat yang disodorkan kepadanya,
Su Hay Khek memperhatikan wajah gadis itu, dilihat sepintas lalu, memang tidak ada alasan untuk mencurigainya. Wajah Ular Golis bersungguh sungguh.
Ular Golis menyerahkan obat semakin dekat.
"Ambillah." Ia berkata.
Tan Ciu memandang obat itu sekian lama, Kemudian mengulurkan tangan menyambutnya.
"Terima kasih." Ia berkata dengan suara gemetar.
Dengan obat ini, ia dapat menyembuhkan lukanya Co Yong yang telah mengeluarkan banyak darah.
Setelah menyerahkan obat itu. Ular Golis membalikkan tubuh dan masuk kedalam goa Iblis Merah lagi.
"Selamat berjumpa pada lain kali." Hanya kata-kata ini yang keluar dari mulutnya.
"Selamat berjumpa." Tan Ciu mengajak Su Hay Khek melanjutkan perjalanan. Tidak lupa, mereka membawa tubuh Sim In sebagai orang tawanannya.
Di kelenteng yang pernah Tan Ciu tinggalkan Co Yong dan Jelita Merah...
Mereka telah tiba dengan cepat ditempat itu, langsung masuk kedalam kelenteng.
Setelah meletakkan tubuh Sim In ditanah. Tan Ciu mencari dua gadis tersebut. Puas mata memandang, hanya tempat kosong yang terlihat. setelah memeriksa seluruh kelenteng, mereka tidak berhasil menemukan dua orang yang ditinggalkan belum lama ini.
Tan Ciu merasakan ada sesuatu yang buruk telah terjadi. ia membuka muiut memanggil. "Jelita merah,..."
Tidak ada penyahutan. Suasana sangat sepi dan sunyi. Disana tidak ada bayangan si Jelita Merah, juga tidak ada Co Yong yang luka parah.
Su Hay Khek turut memeriksa, bertemu dengan Tan Ciu, ia mengajukan pertanyaan.
"Kemanakah mereka?" Tan Ciu masih memanggil manggil nama dua gadis-
Di saat ini, melayang satu tubuh, itulah Tan Kiam Pek, segera ia memberi penjelasan.
"Ada sesuatu yang telah terjadi?"
Tan Ciu menganggukkan kepala.
"Bila tidak ada sesuatu yang penting, tak mungkin Jelita Merah membawa Co Yong meninggalkan tempat ini, ia memberi keterangan!
Tentu saja, luka Co Yong sangat parah mana mungkin dibawa bawa kelain tempat? Kecuali ada sesuatu yang mengancam keselamatan dua orang itu!
Apakah yang telah terjadi dikelenteng ini?
Tan Kiam Pek segera mengeluarkan pendapat.
"Kukira hanya satu kemungkinan!"
"Kemungkinan yang bagaimana?" Tan Ciu memandang paman itu.
"Setelah kau meninggalkan mereka! Orang orang dari Benteng Penggantungan segera tiba ditempat ini."
"Mungkin. Hanya satu kemungkinan."
Tan Ctu, Su Hay Khek dan Tan Kiam Pek saling pandang- Mereka tidak berdaya,
Beberapa saat kemudian Tan Kiam pek memandang Su Hay Khek dan berkata. "Bolehkah aku mengajukan pertanyaan?"
"Silahkan." Berkata orang tua aneh itu.
"Bagaimana asal usul Jelita Merah itu?" Betanya Tan Kiam Pek.
"Aku tidak tahu." Jawab Su Hay Khek.
"Kukira kau tahu." Berkata lagi Tan Kiam Pek.
"Sungguh. Aku memang tidak tahu." Su Hay Khek menandaskan keterangannya.
"Seharusnya kau tidak memberikan keterangan palsu."
"Mengapa harus memberikan keterangan palsu?" Su Hay Khek menjadi tidak puas.
"Inilah keteranganku yang sungguh sungguh."
"Bagaimana kau dapat galang gulung dengannya?" Bertanya lagi Tan Kiam Pek.
"Malu untuk diceritakan." Berkata Su Hay Khek, munculnya gadis bertangan kejam ini dalam rimba persilatan telah menggemparkan rimba persilatan dengan cepat. Aku segera menantangnya untuk bertempur, dengan janji. siapa yang kalah harus turut perintah pihak yang menang. Maksudku ialah agar menindas tangan ganasnya. Siapa tahu ilmu kepandaian Jelita Merah berada diatasku' akulah yang dikalahkan olehnya. Apa boleh buat, aku harus mentaati janji dan menjadi kacung pesuruhnya."
"Kecuali ini, tidak ada yang kau tahu?"
"Betul."
"Misalnya mengetahui sesuatu dari maksud tujuannya?"
"Ia mencari si Cendekiawan Serba Bisa Thung Lip."
"Mungkinkah orang itu dari Pencipta pohon Penggantungan?" Su Hay Khek belum tahu asal usul Jelita Merah itu.
"Belum dapat dipastikan." Berkata Tan Kiam Pek.
Sampai disini, Tan Ciu turut buka suara
"Jelita Merah mempunyai hubungan dengan Pohon Penggantungan?!"
"Hal ini harus mencari bukti yang kuat." Berkata Tan Kiam Pek.
"Aku pernah melihat bayangan si Pencipta Pohon Penggantungan itu!"
"Hah?" Tan Ciu mengeluarkan seruan tertahan! "bagaimanakah bentuk tubuhnya?"
"Ia mengenakan kerudung." Berkata Tan Kiam Pek!"
"Ternyata seorang wanita!"
"Seorang wanita? Pencipta Pohon Penggantungan adalah seorang wanita?"
"Betul."
"Siapakah dia?'*
"Hanya ada dua kemungkinan, hanya dua orang yang mempunyai ilmu kepandaian tinggi dan dapat menjadi si Pencipta Pohon Penggantungan!"
"Siapakah orang orang itu?" Bertanya Tan Ciu. Ia sangat tertarik.
"Dugaanku yang pertama jatuh kepada si Melati putih." Berkata Tan Kiam Pek.
"Melati putih?" Tan Ciu mengulang kata-kata ini.
Su Hay Khek turut memberi keterangan.
"Bila betul kau putra dari Tan Kiam Lam, Maka Melati Putih itu adalah ibumu."
Tan Ciu termenung, memikirkan kebenaran dari dugaan dugaan itu.
Su Hay Khek segera mengajukan pertanyaan tentang dugaan berikutnya.
"Dan kemungkinan yang kedua?"
"Kemungkinan yang kedua dari si Pencipta Pohon Penggantung dugaanku jatuh kepada perawan dari Kutub Utara."
"Perawan dari Kutub Utara?"
"Betul!. Didalam rimba persilatan, hanya dua wanita itulah yang mempunyai ilmu kepandaian tertinggi."
"Dikabarkan mereka telah tiada didunia, bukan?" Su Hay Khek mengajukan pertanyaan.
Tan Kiam Lam menggoyangkan kepala. "Hanya desas desus saja, mereka diberitakan mati didalam rimba gelap yang ada pohon Penggantungan itu." Katanya. "Tetapi kebenaran ini masih disangsikan! Mungkin hanya seorang diantara mereka yang mati. Seorang lagi tidak, dan menciptakan Pohon Penggantungan itu."
Tan Ciu belum mengetahui jelas, ia bertanya!
"Dimisalkan betul aku putra Tan Kiam Lam, apa yang terjadi dengan Melati Putih itu?"
Tan Kiam Pek tidak segera menjawab pertanyaan ini, sebaliknya memandang Su Hay khek dan berkata kepadanya.
"Kau tentunya tahu kejadian kejadian ini?"
"Hanya sedikit." Jawab Su Hay Khek.
"Bagaimana pendapatmu? Haruskan memberitahu drama ini kepadanya?" Bertanya lagi Tan Kiam Lam.
Su Hay Khek menggoyangkan kepala.
"Untuk sementara, lebih baik ia tidak tahu." Berkata kakek aneh ini!
"Mengapa aku tidak boleh tahu?" Tan Ciu mengajukan protes.
"Kita sayang kepadamu!" Berkata Tan Kiam Pek! "Maka tidak mau menceritakan kejadian buruk ini kepadamu! Yang kau boleh tahu ialah diantara kedua orang tuamu itu pernah terjadi drama yang sangat sedih, bukanlah cerita baik!"
"Aku bersedia menerima segala pukulan!" Berkata Tan Ciu!
"Jangan. Belum waktunya." Tan Kiam Pek mempunyai pandangan penilaian yang lain dari si pemuda.
Su Hay khek turut bicara.
"Betul, Sudah pasti kita harus memberi tahu kejadian ini kepadamu. Tetapi bukan hari ini."
"Bila?" Bertanya si pemuda.
"Selelah kau mempunyai ilmu kepandaian yang lebih tinggi dari Tan Kiam Lam."
"Mengapa? Sangat tinggikah ilmu kepandaian Tan Kiam Lam?."
"Betul." Tan Kiam Pek menganggukkan kepala. "Sudah mencapai pada tingkatnya yang paling sempurna."
"Bagaimana bila dibandingkan dengan ilmu Kepandaianmu?"
"Aku?" Tan Kiam Pek menyengir. "Aku mana dapat menandinginya?"
Didalam hati Tan Ciu mengigil dingin.
Dengan ilmu kepandaian yang seperti Tan Kiam Pek masih belum dapat menandingi ilmu kepandaian Tan Kiam Lam. bukankah ilmu orang itu sudah sangat hebat sekali? Sampai dimanakah kehebatannya? Masakan tidak ada orang yang dapat mengalahkannya?
"Bukankah dia telah menjadi seorang jago tanpa tandingan?" Tan Ciu mengemukakan pendapat.
"Betul." Berkata Tan Kiam Pek. "Bagaimana ilmu kepandaianku dapat mengatasinya? Suatu hal yang tidak mungkin terjadi." Tan Ciu menghela napas.
"Segala sesuatu susah untuk diramalkan." Berkata Su Hay Khek. "Siapa tahu, pada suatu hari, ilmu kepandaianmu mencapai kemajuan besar dan mengalahkan dirinya. Itu waktulah kita beritahu rahasia itu."
"Setelah ilmu kepandaianku berada diatas dirinya?"
"Setelah ilmu kepandaianmu berada diatas dirinya. kau pasti membunuhnya."
"Membunuh Tan Kiam Lam?" Tan Ciu berteriak. "Membunuh ayahku sendiri?"
"Betul." Su Hay Khek tidak menyangsikan hal itu.
"Tidak mungkin." Berteriak Tan Ciu.
"Mungkin." Tan Kiam Pek turut bicara.
"Mungkinkah ada seorang anak yang dapat membunuh ayah sendiri?"
"Mungkin. Tapi hal ini hampir belum pernah terjadi. Bila sampai terjadi. Maka drama ini sangat penting sekali, suatu drama pembunuhan yang paling mengenaskan. Kekuatan hatimu mengalami suatu ujian berat!"
Pikiran Tan Ciu melayang jauh, di atas awang-awang tinggi, terdampar ke sana dan ke sini!!!
Si pemuda memberi peringatan kepada diri sendiri!
"Aku harus menemukan Tan Kiam Lam, yaag penting aku harus pergi kegunung Benteng Penggantungan dahulu, si Cendekiawan serba Bisa Thung Lip dibawa oleh Co Yong yen. ia tahu banyak perkara...! Tan Kiam Pek mengajukan usul. "Lebih baik kau membawa Sim In kepada gurumu dahulu."
"Bagaimana dengan Jelita Merah dan Co Yong?" Tan Ciu mengawatirkan keselamatan dua gadis itu.
"Ilmu kepandaian Jelita Merah telah kau saksikan." Berkata Tan Kiam Pek. "Kecuali orang orang dari Benteng Penggantungan keluar semua, atau ketua Benteng Penggantungan pribadi yang menangkapnya. Kukira tidak mungkin ada orang lain yang mengalahkannya! Legakanlah hatimu."
"Co Yong yang luka parah itu?"
Lebih lebih tidak boleh ditaruh didalam hati.
"Mengapa?"
"Hal ini penting sekali, Suatu hari nanti kau pasti mengerti duduk perkara."
Setelah mengucapkan beberapa patah kata lagi. Tan kiam Pek meninggalkan mereka. Berjalan lebih dahulu.
Tan Ciu dan Su Hay Khek membawa Sim In meninggalkan kelenteng itu juga, mereka berjalan dibelakang Tan Kiam Pek!
Tiba tiba, terdengar satu suara rintihan yang keluar dari semak semak pohon, tidak jauh dari jalan yang mereka lewati.
Tan Kiam Pek adalah orang pertama yang mendengar suara rintihan itu, dan dia juga yang bergerak paling cepat.
Su Hay Khek dan Tan Ciu mengikuti di-belakangnya.
Membongkar semak-semak itu. Tan Kiam Pek menyaksikan pemandangan yang penuh dengan darah. Dua wanita berbaju hitam yang telah tiada bernapas menggeletak menjadi mayat, disampingnya turut menggeletak si Jelita Merah.
Suara rintihan keluar dari mulut Jelita Merah. Wajahnya pucat, darah mengalir terlalu banyak, diapun berada didalam keadaan luka parah.
Tan Ciu yang menyusul belakangan,tidak berhasil menemukan Co Yong.
Su Hay Khek melesat maju, ia mengangkat tubuh Jelita Merah dan memanggil.
"Jelita Merah.."
Sigadis membuka matanya, segera dikenali akan kakek aneh yang telah kalah bertaruh dengannya, kakek ini tidak ubahnya sebagai perintis pembuka jalannya.
"Kau? ..." Ia mengeluarkan ucapan itu perlahan,
"Apa yang telah terjadi?" Bertanya Su Hay Khek.
"Dimana Tan Siauhiap?" Bertanya Jelita Merah. Ia tidak menjawab pertanyaan yang Su Hay Khek ajukan kepadanya.
"Aku disini." Berkata Tan Ciu yang segera menampilkan diri.
Dengan suara yang sangat lemah hampir tidak terdengar sama sekali, si Jelita Merah berkata.
"Aku telah menelantarkan tugas yang kau berikan kepadaku itu."
Tan Cin bertanya cepat. "Dimana nona Co?"
"Dia .. Dia ..." Jelita Merah jatuh lagi, lukanya terlalu hebat sampai memberi keterangan pun tidak dapat.
oo O oo
TAN KIAM PEK yang menyaksikan kejadian itu segera berkata.
"Ia sudah hampir mati. Terlalu banyak mengeluarkan darah."
"Tidak ..." Tan Ciu berteriak! "Ia tidak boleh mati."
Su Hay Khek segera memberi peringatan.
"Segera beri makan obat Seng hiat hoan bun tan itu."
Tan Ciu berteriak girang segera dikeluarkan obat Seng hiat.hoan hun tan, dan diberikannya kepada Su Hay Khek.
Su Hay Khek memasukan obat itu kedalam mulut Jelita Merah.
Tan Ciu membantu mengurut urut dan mempercepat jalan darah Jelita Merah.
Disaat mereka sedang mencurahkan semua perhatiannya kepada Jelita Merah, satu bayangan bergerak cepat bagaikan hantu gentayangan mendekati ketiga orang itu.
Lain bayangan lagi bergerak, ia mengikuti dibelakang bayangan yang pertama.
Yang didepan adalah laki-laki, sedangkan yang mengikuti dibelakangnya adalah Wanita. Mereka mengenakan pakaian warna hijau.
Terdengar wanita berpakaian hijau itn bertanya perlahan.
"Bocah itukah yang bernama Tan Ciu?"
Laki laki berpakaian hijau sedang memperhatikan gerak gerik ketiga orang itu didepannya, ia menanggukkan kepala.
"Apa langkah kita?" Bertanya lagi wanita berpakaian hijau itu, tentu saja suaranya di kerahkan perlahan, agar tidak mengganggu usaha mereka.
"Ketua Benteng kita berpesan agar Sim In tidak sampai dibawa pergi olehnya." Berkata laki laki tersebut.
"Alasannya?" Bertanya yang wanita.
"Sim In dapat membongkar semua rahasia kita." Berkata yang laki laki.
"Membunuh Sim In ?"
"Harus membunuh ketiga orang ini dahulu."
"Tenaga kita hanya dua orang..."
"Inipun cukup. Perlahan lahan kita mendekati mereka! Kemudian masing-masing membunuh satu! Setelah berhasil membokong, hanya tinggal seorang maka dengan tenaga dua orang, kita pasti dapat mengalahkannya!"
Mereka telah mendapat persepakatan, dan berjalan maju lagi semakin dekat...semakin dekat ...
Tan Ciu bertiga masih belum tahu bahwa jiwa mereka sudah diincar oleh elmaut. mereka sedang memusatkan perhatian kepada luka si Jelita Merah!
Siapakah laki laki dan wanita berbaju hijau itu?
Jelasnya mereka adalah orang-orang dari Benteng Penggantungan, dua tokoh kuat di-dalam Benteng itu.
Luka yang diderita Jelita Merah hebat, dengan kepandaian Tan Ciu, ia belum sanggup menyembuhkannya.
Tan Kiam Pek segera turun tangan, ia menempelkan kedua tangan dipundak gadis itu, demikian mencurahkan tenaga dalam kepada sang penderita luka, agar cepat pulih semangatnya.
Tan Ciu melepaskan usahanya, Ia menyudut keringat.
Disaat ini dua orang dari Benteng Penggantungan telah tiba, gerakan mereka menimbulkan suara, Tan Ciu dan Su Hay Khek membalikkan kepala!
"Aaaaaa...."
Wajah mereka berubah. Tan Kiam Pek yang sedang memusatkan seluruh perhatiannya tidak boleh terganggu, sedikit halangan akan melukai dirinya.
Su Hay Khek menghadapi dua orang Benteng Penggantungan.
"Siapa kalian?" Ia membentak.
Wanita berbaju hijau mengeluarkan suara dingin.
"Kau tidak perlu tahu!"
"Apa maksud tujuan kalian?"
"Merengut jiwa semua orang."
Su Hay Khek telah menduga akan menerima jawaban yang seperti ini,dengan mengambil posisi disamping kanan Tan Ciu, ia telah siap sedia.
Wanita berbaju hijau mendekati Tan Kiam pek mengirim satu pukulan. Sebat sekali gerakannya.
Su Hay Khek melesat dan mewakili Tan Kiam Pek menerima pukulan ini, Maka berdua telah bertempur menjadi satu.
Disaat yang sama, Tan Ciu berhadapan dengan laki-laki berbaju hijau itu, merekapun menguji ilmu kepandaian masing-masing.
Empat orang terpisah menjadi dua rombongan, melangsungkan pertandingan perang silat.
Tan Kiam Pek dapat mendengar sesuatu ia membuka matanya yang dimeramkan. Dilihat kedatangan dua musuh itu, tetapi ia tidak boleh melepaskan usaha ditengah jalan, dikatupkan lagi kedua mata itu, mempercepat proses penyembuhan luka Jelita Merah.
berlangsung belasan gebrak, ternyata Tan Ciu bukan tandingan laki-laki berbaju hijau itu. keadaan si pemuda agak terdesak.
Difihak lain, Su Hay Khek mendapat tandingan yang setimpal. Kekuatan mereka ternyata sama kuat.
Suatu ketika, Su Hay Khek melirik kearah kawannya, didalam hati kakek aneh inipnn mengerti, ia harus cepat-cepat mengakhiri pertempuran. Bila terlambat, pasti Tan Ciu menderita kerugian. Dan itu waktu, sulitlah mempertahankan fihaknya.
Wanita berbaju hijau itupun berkepandaian tinggi, dalam waktu yang singkat, mana mungkin Su Hay Khek menarik satu keuntungan darinya!
Su Hay Khek segera mengadu juga, ia menggeram keras den mengirim satu pukulan yang terkeras, maksudnya menjatuhkan lawan dengan menerima sebagian luka.
Bagi seorang yang sedang menjalankan pertempuran, tidak boleh lengah atau gentar, cara-cara Su Hay Khek bertempur tadi adalah menjadi pantangan tengkar, wanita berbaju hijau itu telah lompat menyingkir dari induk serangan dan mengirim satu bacokan tangan, langsung memasuki baris pertahanan lawannya.
Beek... , Dada Su Hay Khek menderita pukulan keras.
Kakek aneh itu ada niatan mengadu jiwa, ia menahan rasa sakit dan memberi pukulan balasan. Dua telapak tangan beradu lagi, dan mereka sama sama mundur kebelakang.
Su Hay Khek menderita luka sampai dua kali, hebat sekali luka itu.
Ia jatuh.
Wanita berbaju hijau itnpun terluka, hanya luka-lukanya tidak mengganggu jalan pertempuran.
Tan Ciu terkejut, disaat ini. Jarak mereka sangat dekat. Maka ia memukul wanita berbaju hijau tersebut.
Sipemuda berbasil, hanya satu kali pukulan ia membuat wanita mengerang sakit.
Laki laki baju hijau marah, ia memukul Tan Ciu.
Su Hay Khek lompat menubruk, menyelak diantara kedua orang itu yang lagi mau meneruskan pertempuran mereka!
Sampai disini, jalan pertempuran sudah menjadi kalut. Boleh dikata empat orang tersebut saling pukul semerawut.
Laki berbaju hijau itu memberikan pukulan tangan!
Su Hay Khek sudah menyingkir dari pukulan ini, dengan semua sisa tenaga yang ada, mereka bergumul menjadi satu.
Suatu hal yang berada diluar dugaan lelaki itu. betul ia berhasil menjatuhkan Su Hay Khek sehingga tidak dapat bangun lagi. akan tetapi dia sendiri pun terluka, dari mulut mengeluarkan darah.
Tan Ciu meneruskan usahanya untuk membunuh laki laki berbaju hijau itu. Tentu saja sang lawanpun tidak tinggal diam, walau berada didalam keadaan luka, tetap ia mempertahankan jiwanya, mereka bergumul menjadi satu.
Luka wanita berbaju hijaupun tidak ringan, ia merangkak kearah Jelita Merah dan Tan Kiam Pek. Maksudnya menggagalkan usaha penyembuhan luka seperti itu.
Dua orang itu tidak bergerak, yang satu mederita luka parah, yang lainnya sedang berusaha untuk mengembalikan jiwa sipenderita luka kedunia yang ramai.
Jarak wanita berbaju hijau dengan Jelita Merah sudah dekat sekali.....
Jelita Merah tidak mungkin menghindari malapetaka ini. Sedangkan Tan Kiam Pek belum selesai menamatkan satu putaran peredaran darahnya.
Tangan wanita berbaju hijau itu sudah mulai diangkat ...
Tan Ciu tidak dapat memenghindarkan diri. Ia masih bergumul dengan laki-laki berbaju hijau, Su Hay Khek menderita luka sehingga beberapa kali, ia menggeletak ditanah, seolah-olah sudah tidak bernapas.
Mungkinkah Jelita Merah harus menerima kematian seperti ini?
Tidak!!!
Terlibat suatu bayangan melesat dan melempar tubuh wanita berbaju hijau itu. Terdengar jeritan panjang, wanita berbaju hijau tersebut jatuh menggeletak.
Disana telah bertambah seorang wanita, berkerudung hitam. Wanita inilah yang menolong jiwa Jelita Merah.
Terdengar lain jeritan, itulah suara si laki laki berbaju hijau yang sudah mati ditangan Tan Ciu.
Dikala Tan Ciu ingin memberi pertolongan, wanita berkerudung hitam itu telah menampilkan dirinya dan menolong jiwa Jelita Merah.
Tan Ciu memberi hormat.
"Atas bantuan cianpwee, dengan ini boanpwe menghaturkan banyak terima kasih.
"Sama-sama." katanya.
Ia memeriksa orang yang baru ditolong. Tiba tiba matanya terpaku pada wajah Tan Kiam Pek.
"Aaaaa..."
Tubuh wanita berkerudung hitam itu menggigil gemetaran.
Hal ini tidak lepas dari mata Tan Ciu, apa yang menyebabkan hal itu terjadi? Siapakah wanita berkerudung hitam ini? Mengapa gentar kepada Tan Kiam Pek?
Dengan suara gemetar, wanita berkerudung Mtam itu bergumam.
"Dia?"
Tangannya diangkat, seperti mau memukul Tan Kiam Pek.
Tan Ciu terkejut, cepat ia membentak!
"Hei kau mau apa?"
"Membunuh manuisa durjana ini."Wanita berkerudung hitam itu menunjuk Tan Kiam Pek.
"Mengapa?"
"Dia Tan Kiam Lam."
Hati Tan Ciu mencelos.
"Orang ini bernama Tan Kiam Lam?" Ia meminta ketegasan.
"Betul." Berkata wanita berkerudung hitam itu.
"Kau tahu pasti ?"
Pertanyaan yang seperti ini, berada diluar dugaan wanita berkerudung hitam itu, tangan yang sedianya mau membunuh Tan Kiam Pek turun lagi.
"Mungkinkah dia bukan Tan Kiam Lam?" Ia bertanya kepada sipemuda.
"Dia menyangkal orang memanggilnya sebagai Tan Kiam Lam." Tan Ciu memberi keterangan.
Wanita berkerudung hitam itu bergumam?
"Tidak mungkin... Tidak mungkin..."
Matanya memandang ketempat jauh.
Tan Ciu harus membuka rahasia ini, ia berkata!
"Dikatakan bahwa dia adalah saudara kembar Tan Kiam Lam yang bernama Tan Kiam Pek"
"Ouw!!!" Wanita berkerudung itu memperhatikan wajah Tan Kiam Pek.
Tan Ciu menantikan terbukanya rahasia teka teki ini!
Beberapa saat kemudian, baru wanita berkerudung hitam itu berkata.
"Betul! Dia bukan Tan Kiam Lam."
Tan Ciu segera mencetuskan kata-kata dan mengajukan pertanyaan!
"Kau dapat membuktikan betul betul bahwa dia bukan Tan Kiam Lam?"
"Dapat," Berkata wanita berkerudung hitam itu.
Tan Ciu menjadi bingung.
Wanita berkerudung hitam itu berkata,
"Hal ini mudah dibedakan! Betul bentuk wajah dan raut mukanya tak ada perbedaan, tetapi daun kuping yang sebelah kiri Tan Kiam Lam mempunyai andeng andeng hitam yang besar, andeng-andeng hitam ini tidak mungkin dioperasi dengan tidak meninggalkan bekas sama sekali! Sedangkan orang ini tidak mempunyai andeng-andeng hitam itu, juga tidak ada tanda-tanda luka luka bekas operasian, maka ia bukan Tan Kiam Lam."
Tan Ciu dapat diberi mengerti. Kini ia tahu pasti bahwa Tan Kiam Pek itu betul betul saudara kembar Tan Kiam Lam.
Tan Kiam Lam adalah manusia misterius yang aneh, ilmu kepandaiannya tinggi, bagaimana dengan penghidupannya?
Wanita berkerudung hitam ini pun ingia membunuh Tan Kim Lam. Apakah kesalahan Tan Kiam Lam, sehingga menimbulkan bahaya permusuhan?
Dari lagu suara wanita berkerudung hitam ini, Tan Ciu tahu pasti bahwa orang belum tua betul. dikira kira wanita setengah umur. Siapakah wanita berkerudung hitam ini? Mengapa menutup wajah diri mendiri?
Apa hubungannya dengan Tan Kiam Lam?
Pertanyaan pertanyaan tadi menyelubungi pikiran sipemuda, maka ia mengajukannya langsung kepada orarg yang bersangkutan.
"Cianpwe kenal dengan Tan Kiam Lam?"
"Ng ....!!"
"Diantara kalian pernah terjadi dendam permusuhan.?"
Sekali lagi, tubuh wanita berkerudung hitam itu menggigil.
"Betul." Ia menjawab pertanyaan si pemuda.
"Bagaimanakah terjadinya dendam permusuhan itu?" Bertanya lagi Tan Ciu.
"Aku tidak dapat menceritakan kepadamu!" berkata wanita berkerudung hitam itu!
"Mengapa?".
"Tidak dapat." Kini ia menatap wajah Tan Ciu mantep "Kau anak keluarga Tan juga?"
"Betul." Tan Ciu menganggukkan kepalanya.
"Putra Tan Kiam Lam?" Bertanya wanita berkerudung hitam tersebut.
"Mungkin juga."
"Mengapa mengatakan keterangan dengan jawaban sepati ini?"
"Aku belum dapat menemukan bukti bukti yang jelas dan dipercayai." Berkata Tan Ciu.
"Belum dapat menemukan bukti bukti yang jelas dan dipercaya?"
"Betul." Berkata Tan Ciu terus terang. "Aku tidak tahu tentang keluargaku sendiri."
"Siapa yang tahu keadaan keluargamu?"
"Kakakku Tan Sang."
Tubuh wanita berkerudung hitam itu tersentak sedikit, kata kata Tan Sang itu mengejutkan dirinya!
Tan Ciu tidak memperhatikan keadaan tersebut, ia menambah keterangannya.
"Sayang Tan Sang telah mati digantung orang"
"Ng..."
"Pohon Penggantunganlah yang merenggut jjwa kakakku itu." Berkata lagi Tan Ciu.
Wanita berkerudung hitam mengeluarkan suara keluhan panjang, Ia bergumam seorang diri!
"Ahhh... Cepat sekali... Sembilan belas tahun telah dilewatkan begitu ssja.."
Tan Ciu terkejut,
"Apa?" Ia tersentak dari keadaan yang sebenarnya.
Wanita berkerudung hitam itu cepat menutup mulut.
"Tidak mangapa... Tidak mengapa..." Ia berkata cepat. "Baik-baiklah kau menjaga diri sendiri dan juga diri mereka, aku harus pergi!"
Tubuhnya melesat dan meninggalkan Tan Ciu, Meninggalkan dua mayat orang dari Benteng Penggantungan dan meninggalkan Su Hay Khek, Tan Kiam Pek dan Jelita Merah.
Tan Ciu masih bengong memandang lenyapnya bayangan wanita berkerudung hitam itu. Dirasakan ada sesuatu yang aneh pada wanita tersebut.
Siapa dia.
Mari kita menyusul sebentar keadaan wanita berkerudung hitam itu.
Ditempat yang agak jauh dari tempat Tan Ciu sekalian berada, wanita berkerudung nilam itu menggabungkan diri dengan pembantunya.
Pembantu wanita berkerudung hitam itu adalah seorang gadis cantik. Mereka berjalan berendeng.
"Pei Pei!!!!" panggil wanita berkerudung hitam itu.
Gadis yang dipanggil Pei Pei itu memandang. Ia agak heran atas kelakuan yang belum lama diperlihatkan kepadanya.
"Mari kita pulang!" Berkata wanita berkerudung hitam itu.
"Suhu." panggil gadis yang bernama Pei pei itu! "Diakah yang suhu maksudkan?" Ternyata mereka adalah guru dan murid!
"Ng ..."Garu Pei Pei itu mengangguk-anggukkan kepala.
"Dia sudah tahu?" Bertanya lagi Pei Pei kepada gurunya.
"Aku tidak memberi tahu kepadanya?" Berkata wanita berkerudung hitam itu.
"Mengapa?" Pei Pei menjadi heran.
"Aku tidak menginginkan ia tahu siapa diriku, memberitahu hal ini kepadanya terlalu pagi akan mengganggu keadaannya."
"Bukankah kau sering mengenang dirinya?"
"Tadi telah bersua dan melihat jelas."
"Itu hanya sepintas lalu, mengapa tidak seterusnya?"
"Aku puas melihat ia masih hidup, sudah dewasa dan mempunyai badan yang tegap, ilmu kepandaian yang tinggi."
"Tapi..."
"Aku sudah puas dapat mengetahui keadaan dirinya. aku sudah puas dapat bertemu muka dengan dirinya..." Lagi lagi wanita berkerudung hitam ini menghela napas.
Mereka guru dan murid melakukan perjalanan.
Dan lenyap tidak kelihatan!
Siapakah mereka?
Mari kita menyaksikan bagian berikutnya.
000O000
KEMBALI bercerita tentang Tan Ciu.
Setelah ditinggalkan oleh wanita berkerudung hitam yang misterius itu, sipemuda masih bengong saja ditempatnya. Tidak henti-hertinya ia berpikir, siapakah wanita tersebut? Mengapa hatinya berdebar keras?
Tiba tiba... Terdengar suara rintihan orang. Itulah suara rintihan Su Hay Khek yang menderita luka parah.
Tan Ciu terkejut. Cepat ia menghampiri orang tua aneh itu.
Disana, Su Hay Khek terbaring lemah, keadaannya sunggah payah,napasnya sudah menjadi satu dengusan yang tidak teratur, seolah olah orang yang menantikan waktu ajalnya.
Tan Ciu menubruk ketempat orang tua itu.
"Cianpwee..." Ia memanggil.
Su Hay Khek masih berusaha tertawa, tertawa sedih, Ia terlalu banyak mengeluarkan darah.
Melihat hal ini, cepat Tan Ciu mengeluarkan obat Seng-htat hoan-hun-tan!
"Cianpwee, makanlah obat ini!" Ia harus menolong orang tua itu!
Su Hay Khek menggeleng-gelengkan kepala, ia menolak.
"Aku sudah tiada guna!" Ia berkata!
"Makanlah obat ini! ia akan membantu menambah darahmu!" Masih Tan Ciu berusaha.
Su Hay Khek menggeleng-gelengkan kepala lagi, ia kukuh tidak mau menerima pemberian obat itu.
"Urat nadiku telah putus banyak." Ia berkata. "Tiada gunanya lagi... Obat mujarab apapun ... tidak dapat menolong ... urat nadi yang sudah putus."
"Cianpwe..." Tan Ciu msngucurkan air mata.
Su Hay Khek menyengir. "Jangan kau menangis." Ia berkata. "Setiap orang pasti mati... hanya bagaimana kematian ... yang menimpa dirinya ... Aku sege ma..ati... tetapi aku puas... Aku mati tak percuma ... "
"Tidak, Kau tidak boleh mati!"
"Suddhlah, biar bagaimana ... aku akan mati... Sebelum meninggalkan dunia ini ... Aku ingin meninggalkan tenaga kekuatanku ... kepadamu,"
"Cianpwe...."
"Duduklah didekatku." Perintah Su Hay Khek.
Tanpa banyak komentar, tangan kanan Su Hay Khek telah menempel diubun ubun Tan Ciu.
"Jangan banyak pikir." Ia berkata cepat. "Satukanlah peredaran darahmu dengan peredaran darahku."
Tan Ciu mengikuti petunjuk orang tua aneh itu.
"Terjanglah Seng su seng-koan." Berkata lagi Su Hay Khek. "Cuci dan bersihkan di diri dua belas tingkatan peredaran jalan darah.. ..kemudian ... bersihkan diri dari segala pikiran ..... kumpulkan di Cit-seng-ceng meh."
Satu hawa hangat meresap masuk kedalam tubuh Tan Ciu, si pemuda telah menyatukan peredaran darah mereka, maka dengan mudah pertukaran peredaran darah itu menjadi satu.
Sebelum menghembuskan napasnya yang terakhir, Su Hay Khek telah mengeluarkan semua kekuatannya dan diserahkan kepada Tan Ciu.
Disaat ini, Tan Kiam Pek yang memutarkan peredaran darah Jelita Merah telah hampir selesai.
Wajah Jelita Merah yang pucat telah bersemu merah, suatu tanda bahwa ia telah bebas dari ancaman bahaya.
Tan Kiam Pek mengempos tenaganya yang penghabisan sekali dan selesailah penyembuhan dengan cara seperti itu.
Dilain bagian, tangan Su Hay Khek yang menempel pada Tan Ciu telah lemas, ia kehabisan tenaga.
Su Hay Khek mati.
Urat nadinya putus. Tenaganya dikuras bersih dan menghembuskan napasnya yang terakhir dengan rela.
Dikala Tan Ciu sadar, orang tua itu telah memeramkan mata untuk selama lamanya. Terhadap kakek yang berbudi luhur ini, Tan Ciu menaruh salut yaog tinggi, ia menangis dan mengucurkan air mata keedihan yang tidak terhingga.
Tan Kiam Pek telah selesai menghidupkan jiwa Jelita Merah. Mengatur tenaga beberapa lama, mengembalikan kekurangan kekuatannya yang tadi dan membuka kedua matanya. Dilihat keadaan yang seperti itu,ia terkejut.
"Eh, apa yang telah terjadi?" ia mengajukan pertanyaan.
"Dia telah meninggal dunia !" Tan Ciu menyusut air mata.
"Aaaaaaa"
Tan Ciu menceritakan segala yang belum lama telah terjadi.
"Kasihan," berkata Tan Kiam Pek, "mari kita mengebumikan orang tua ini?"
Tan Kiam Pek dan Tan Ciu menggali tanah, mereka mengebumikan jenazah si kakek aneh Su Hay Khek, Jelita Merah sudah membuka kedua matanya.
Tiga orang menaruh hormat yang penghabisan kali kepada makam Su Hay Khek, lama mereka mengenang orang tua yang telah berkorban untuk keselamatan semua orang.
Berapa lama kemudian, baru Jelita Merah berkata.
"Syukur kalian tiba tepat pada waktunya dan berhasil menolong jiwaku. Budi ini tidak dapat kulupakan."
"Sudah nenjadi kewajiban manusia untuk tolong menolong." Berkata Tan Kiam Pek.
Jelita Merah memandang Tan Ciu.
"Tan siauwhiap." Ia memanggil. "Aku menelantarkan urusanmu."
Tan Ciu menghela napas.
"Bukan salahmu." Ia berkata, "mereka adalah orang orang dari Benteng Penggantungan."
"Betul! Orang orang dari Benteng Penggantungan itu yang mencelakai kita."
"Tidak kusangka, benteng itu mempunyai banyak tokoh silat yang berkepandaian tinggi"
"Betul..." Berkata Jelita Merah. "Gerakannya gesit. Ach, Nona Co telah dibawa oleh mereka, tentunya mengalami penderitaan."
"Kita telah berusaha." Berkata Tan Ciu sambil menghela nafas. "Apa mau dikata, takdir telah mempermainkan kita."
Tan Kiam Pek memandang mereka sebentar dan berkata.
"Kalian berdua boleh merundingkan hal ini baik-baik. Aku harus pergi lebih dahulu."
"Cianpwee ingin kemana?" Bertanya Tan Ciu
"Aku? Aku harus kembali menyakinkan ilmu silat dengan lebih tekun lagi. Biar bagaimanapun juga, aku harus menyelesaikan persengketaan dengan si ketua Benteng Penggantungan. ilmunya tinggi, aku harus berusaha keras agar tidak dikalahkan olehnya."
"Bila betul dia adalah engkohmu?" Tan Cin ragu ragu!
"Tetap kubunuh juga,"
"Tidak ada jalan lain?"
"Kukira tidak!"
Tiba tiba Tan Ciu teringat sesuatu, ia berkata "Ada sesuatu yang ingin kutanyakan kepadamu."
"Tentang urusan apa?" Bertanya Tan Kiam Pek.
Tan Ciu menceritakan munculnya wanita berkerudung hitam yang menolong jiwa mereka itu. Dan mengajukan pertanyaan, bila Tan Kiam Pek kenal dengan seorang wanita yang berkepandaian ilmu silat tinggi tersebut.
"Dugaanmu jatuh pada siapa?" Bertanya Tan Kiam Pek
"Inilah yang ingin kutanyakan kepada cianpwe." Berkata Tan Ciu.
"Ia mengatakan bahwa aku bernama Tan Kiam Lam?"
"Betul!" Tan Ciu menganggukkan kepala. Dikatakan juga bahwa pada daun kuping Tan Kiam Lam ada andeng-andeng hitam yang besar?".
"Betul sekali" Tan Ciu membenarkan pertanyaan ini.
"Kukira dia."
"Siapa?"
"Siapa? Ibumu."
"Hah?" Tan Ciu berteriak. "Ibuku?"
"Betul. Melati Putih."
"ia masih hidup didalam dunia?"
"kukira masih." Tan Kiam Pek menganggukkan kepala. "Hanya aku belum dapat memastikan tentang hal ini. Pada suatu hari kau akan tahu kebenaran dari dugaanku ini! Bersabarlah dan jangan banyak berpikir yang bukan bukan."
Tan Ciu menerima kritik tersebut dan menganggukkan kepalanya. Tan Kiam Pek berkata. "Aku harus pergi."
"Selamat jalan." Berkata Tan Ciu.
"selamat tinggal." Berkata Tan Kiam Pek.
Dan Jelita Merah turut mengantarkan pula. Tubuh Tan kiam Pek melesat, sebentar kemudian sudah lenyap dari pandangan mata. Jelita Merah memandang si pemuda, ia berkata.
"Akupun harus meninggalkanmu. Aku...Aku harus kembali dan memberi tahu segala kejadian ini kepada guruku." Berkata Jelita Merah.
"Siapakah tokoh silat yang menjadi gurumu?" Bertanya Tan Ciu.
"Dia... Dia berpesan agar tidak menyebut namanya." Berkata Jelita Merah. "Kau tidak marah?"
Tan Ciu menganggukkan kepala.
"Kau betul putra Tan Kiam Lam?" Bertanya Jelita Merah.
"Tidak tahu." Berkata Tau Ciu!
"Kuharap saja bukan!" Berkata Jelita Merah.
"Mudah-Mudahan... gurumu juga mempunyai dendam permusuhan dengan Tan Kiam Lam?"
"entahlah." Berkata Jelita merah. "Tugasku hanya untuk mencari Tan Kiam Lam. Lebih dari itu. aku tidak diberi tahu!"
"Gurumu itu seorang wanita?"
"Betul." Sigadis tertawa sedih.
"Kau masih ingat bahwa aku berjanji untuk menceritakan drama sedih tentang aku dan guruku?"
"Ingat." Tan Ciu menganggukkan kepala. Jelita Merah berkata.
"Tentang cerita guruku, biar kututurkan lain kali. Kini aku akau berbicara tentang diriku.
Tan Ciu memandang gadis itu.
"Aku adalah seorang wanita yang sangat menderita." Jelita Merah mulai bercerita. "Sudah ditakdirkan hidupku merana. Pada saat aku berumur enam belas tahun, aku kenal dengan seorang pemuda yang bernama Chiu It Cong tidak disangka, ia menipu diriku. aku telah dipermainkan olehnya, dan setelah ia berhasil mendapatkan diriku, Ia lenyap begitu saja. entah kemana ia melarikan diri."
"Dia mati?"
"Mana kutahu. Telah beberapa tahun, kuselidiki jejaknya tanpa hasil."
"Bilaa kau berhasil menemukannya, bagaimana?" Tan Ciu mengajukan pertanyaan ini,
"Membunuhnya." Berkata Jelita Merah gemas. "Tidak sedikit yang telah kuberikan kepadanya. Terlalu banyak yang telah didapat olehnya."
"OuW...." Tan Ciu menatap Jelita Merah. Ternyata dia sudah bukan gadis lagi. Jelita Merah menghela napas.
"Tan Siauwhiap," ia memanggil perlahan. "Kuharap saja kau tidak memandang rendah diriku. Kuharap kita dapat mengikat tali persahabatan."
"Aku bersedia menjadi kawanmu." Berkata Tan Ciu menganggukkan kepala.
"Sungguh?"
"Tentu sungguh."
Jelita Merah tertawa manis, "Terima kasih kepada janjimu ini!" Ia berkata. "Kini aku harus pergi dahulu! Selamat jalan!"
"Selamat jalan."
Mereka sama sama mengucapkan selamat perpisahan dan Jelita Merah berangkat terlebih dulu.
Tan Ciu mengambil tubuh Sim In yang telah ditotok jalan darahnya, pemuda ini harus menyerahkan tawanan itu kepada gurunya. Ia pulang kearah tempat si Putri Angin Tornado.
Singkatnya cerita, Tan Ciu telah tiba di-tempat tujuan.
Didepan suatu goa, Tan Ciu menggendong tubuh Sim In dan berlari datang.
Dari dalam guha terdengar satu suara yang membentak.
"siapa?"
"Suhu, aku telah kembali!" Tan Ciu memberi sahutan.
Ternyata orang yang berada didalam goha itu adalah guru sipemuda Tan Ciu, si putri Angin Tornado yang pernah menggemparkan rimba persilatan itu.
"Oh. Tan Ciu. kau telah kembali! Masuklah!" Inilah suara si Putri Angin Tornado. Dia adalah guru Tan Ciu yang berkepandaian silat tinggi.
BERSAMBUNG JILID 6

 

blogger templates | Make Money Online